Kawan,
Tak ada salahnya berlomba meraup dukungan,
dengan cara yang elegan.
Mengoleksi sebanyak-banyaknya simpatisan.
Tapi, janganlah banyak mempertanyakan.
Seolah-olah terbersih mencuci tangan.
Kau giat menyuarakan.
Mana kawan mana lawan.
Lalu kau doktrin kawan-kawan.
Yang duduknya bukan di lingkaran.
Pam param pampam...
Kau kan tau politik itu kejam.
Citramu buruk jika melulu berkata tajam.
Jangan pikir semua orang itu awam.
Lawan-lawanmu kau kecam.
Luka lama pesaingmu kau hantam.
Tapi sayang, borok oknummu kau sulam.
Kau bela secara mendalam.
Kau sebut konspirasi terpendam.
Pantas...
Yang Abunawas yang cerdas.
Kau coba menggiring membias.
Untuk mendongkrak elektabilitas.
Agar suara tak terlepas.
Tere Liye bilang ini negeri para bedebah.
Negeri yang konon melimpah ruah.
Tapi, tak takutkah dengan musibah?
Atau hanya berlindung di balik amanah?
Jangan sebab buruk rupa, lantas cermin kau belah.
Entahlah...
Kuharap tak sampai keluar sumpah serapah.
Marah, apalagi bertumpah darah.
Jangan gegabah.
9 April nanti kita memilah.
Memilih para khalifah.
Yang tentunya tak palsu bersumpah.
Mari kembali menuju fitrah.
Agar hidup lebih berkah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H