Di tengah keprihatinan tentang keinginan menjadi Majikan di lahan hutan milik sendiri dan mahalnya biaya penanaman sawit (mulai dari pembibitan, pemeliharaan hingga masa panen). Masyarakat dusun penjulung - Sei Baru - Sambas - Kalbar, mulai menanam sengon pada tahun 2006-2007 dengan upaya sendiri. Dan agaknya mulai membuahkan hasil yang nyata bagi hutan di sekitar lingkungan mereka. Panen perdana sengon tahun tanam 2007 Upaya nyata di tengah cibiran masyarakat sekitar dusun tersebut yang telah menanam sawit. Dimulai dengan informasi dari salah seorang kawan, saya berangkat survey menuju dusun penjulung melalui Pontianak -Â Â Singkawang - Pemangkat - Sambas menginap semalam setelah itu keesokan paginya pakai kapal fery menyeberangi sungai Sambas menuju Dusun tersebut. Dimulai dengan pertemuan dengan pemuka masyarakat di dusun tersebut untuk ijin melihat lahan sengon yang siap dipanen....... Awalnya mereka kaget dengan kedatangan saya, yang ditugaskan oleh perusahaan untuk membeli sengon yang telah cukup umur untuk dipanen. Karena beberapa orang yang ngakunya utusan perusahaan dari Jawa yang mundur teratur dan batal membeli karena melihat luasnya lahan tanam dan banyaknya pohon Sengon yang siap dipanen.
Keseriusan saya mendapat tanggapan yang cukup positif dari mereka karena dari sebagian dari pemilik lahan yang mulai frustasi dengan Sengon mereka yang siap panen dan tidak kunjung mendapatkan pembeli yang potensial. Selanjutnya kita menuju lokasi yang tidak terlalu jauh dari tempat pertemuan untuk mulai survey Awalnya saya kaget melihat kenyataan yang ada karena lahan sekitar adalah lahan gambut yang disulap menjadi kebun sengon, dengan tingkat ketebalan humus yang lebih dari cukup untuk tanaman sengon, dan kata para pemilik lahan "Sengon adalah tanaman yang tidak terlalu cerewet untuk pemeliharaannya" Dan inilah rata-rata
diameter sengon yang siap dipanen...
Diameternya sudah mencukupi untuk diproses sebagai lapisan
plywood. Keberhasilan penanaman sengon di lahan yang telah rusak akibat penggundulan hutan besar-besaran telah mengubah pola pikir masyarakat sekitar hutan di dusun tersebut, untuk mulai penanaman besar-besaran sengon di lahan-lahan kosong yang ada. Karena
Sawit adalah tanaman yang padat modal bukan tanaman padat karya, tumpang sari tidak memungkinkan diantara pohon sawit (Ini salah satu faktor yang mungkin dirasa berat) jika penduduk sekitar hutan. Karena penduduk sekitar hutan memerlukan pendapatan/penghasilan untuk menopang kebutuhan hidupnya sehari-hari sebelum Sengon panen. (Misalnya menanam jagung, ketela pohon, lombok dll) selain itu biaya perawatan sengon yang bisa dikatakan amat murah atau seperti yang mereka bilang "Tanam lalu tinggal" juga dirasa memudahkan bagi mereka karena bisa mencari sumber penghasilan yang lain (Misalnya menyadap karet, buruh pabrik atau lainnya). Pohon sengon sendiri tidak terlalu cerewet untuk memenuhi kebutuhannya untuk hidup, atau gampangnya dari rontokan daun sengon yang telah hancur di sekelilingnya sudah cukup. Selain itu faktor pasar juga amat besar pengaruhnya bagi pekebun sengon yang ada di luar jawa, kebanyakan mereka dihinggapi kekhawatiran yang besar tentang hal ini. Oleh karena itu dukungan dari pabrikan, pemerintah dan masyarakat perkayuan amat diperlukan oleh mereka. Itulah beberapa faktor yang mendorong keberhasilan reforestation di wilayah tersebut.....
Selanjutnya proses panen bisa anda lihat di
http://www.youtube.com/watch?v=5sD7CN7sYvY&feature=plcp http://www.youtube.com/watch?v=0WY-EBUCAKE&feature=plcp Thank, Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Nature Selengkapnya