Mohon tunggu...
Nanks Sahaja
Nanks Sahaja Mohon Tunggu... wiraswasta -

Orang Indonesia tulen, suka merantau kenegeri seberang, dengan harapan tua kaya raya, mati masuk surga

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Bercumbu dengan Tutut

19 Januari 2012   02:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:42 1874
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dasar kau keong racun, baru kenal ngajak tidur.... ngomong gak sopan santun, kau anggap aku ayam kampung" Begitulah kira-kira lagu dangdut keong racun yang booming di youtube tahun lalu, dan sampai sekarangpun masih terdengar bahkan ada yang menjadikn sebagai ringtone di handpone. Tapi lihatlah nasib sikeong itu sendiri, selalu jadi kambing hitam namanya dijadikan ikon jelek dari perilaku seseorang yang haus terhadap hal-hal sensual seperti yang digambarkan dalam lagu tersebut, padahal kalau kita tahu bahasa keonginisme sebenarnya keong itu berhati mulia dan lembut, gak pernah korupsi dan tahu posisi, jangankan ngajak tidur, ngajak ngomong aja gak berani, hehehe Begitu juga dengan nasib si Tutut, nama bagi keong hitam yang hidup diair tawar dalam istilah latinnya "gastropoda limnaea" selalu resah karena diburu tiap hari, ya dari jaman baheula keong jenis ini sudah dikonsumsi, kata mbah buyut orang indonesia mulai mengkonsumsi keong sejak jaman penjajahan Jepang, ini berdasarkan perkiraan sendiri yang selalu ngawur, karena melihat dari kebiasaan dan tabiat orang Jepang yang nggragas, sukanya "lalaban" seafood atau daging. Walaupun Tutut tidak hidup diairlaut, tapi daging tutut mirip dengan kerang laut hanya lebih kenyal dan alot sedikit. Rasanya lebih gurih dan krispi jika digoreng ala Chef Alex Lau asal Kota Kinabalu (KeKe) dari negara jiran, dengan menu rumusannya sendiri yaitu "Salty and Crispy Gastropoda" (gorengan bekicotlah) Mr Chong Wai Jin yang kalau memberikan kritikan mirip Jin akan terdiam ketika menu tersebut tersangkut diantara gigi palsunya, paling-paling dia bilang "hou-ce" Berbeda dengan di Indonesia, tutut dikonsumsi dengan resep tradisional dari embah buyut secara turun temurun yaitu dimasak "Bumbu Kuning Asam Manis Pedas", Wuiihh lebih manstabb brow...!!, Sedapnya sampai kejamban, rasa manis asam dan pedas adalah kombinasi rasa tingkat tinggi yang tak tertandingi, kalau di Thailand dikenal dengan "keong sup tomyam". Sroot...cup..cup..cup..srooth, begitu kira2 bunyinya ketika kita sedang bercumbu dengan tutut  penuh gairah dan nafsu, sampai meneteskan air mata,  diantara nikmat dan pedas yang bermain diujung lidah kita, kalau sudah begini, yang lain lewat semua tak peduli polemik BANGGAR, hanya ada aku,kamu dan tutut....dikecrok terus tututnya sampe bibir jontor. "Memang dari semua pedagang tutut, tempat pak Yusuf ini yang paling enak" kata seorang pembeli, pelanggan setia Tutut pak Yusuf. Dikota Bogor hampir sepanjang tepi jalan Yasmin berderet gerobak-gerobak penjual tutut. "Tutut ini ada khasiatnya loh, bisa menambah nafsu makan, membantu menyembuhkan penyakit kuning dan membantu mencegah penyakit mag" "Malah pak Yusuf ini menerima pesanan untuk katering juga, tinggal sms atau telpon aja" lanjutnya mempromosikan dengan penuh semangat dan antusias.wah kebayang deh katering untuk standing party sambil ngecrok tutut..hahaha

1326906385190610402
1326906385190610402
inilah tutut yang telah habis dicumbu....

Wallahua'lam bisawab

tulisan lain

http://wisata.kompasiana.com/kuliner/2011/12/27/lengket-tapi-nikmat-ambuyat-makanan-selamat-datang/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun