Mohon tunggu...
Alpha Centauri
Alpha Centauri Mohon Tunggu... Atlet - AllahYuftahAlaikum

Nafi'un Li Ghairihi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perjalanan Pendidikan Nasional

18 Desember 2022   19:07 Diperbarui: 18 Desember 2022   19:09 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tentang gerakan transformasi Ki Hadjar Dewantara dalam perkembangan pendidikan sebelum dan sesudah kemerdekaan.

Pendidikan sebelum kemerdekaan hanya menginisiasi pendirian sekolah kabupaten namun hanya khusus mendidik calon-calon pegawai saja seiring berangsurnya waktu berdiri pula sekolah bumiputera yang terdiri dari 3 kelas. Pada kala itu rakyat juga diberi pendidikan berupa pengajaran calistung (membabaca, menulis dan menghitung). Pembelajaran tersebut hanya seperlunya saja dan hanya mendidik orang-orang yang akan membantu Hindia-Belanda untuk beberapa usaha yang mereka miliki. Jadi pendidikan yang ada semata-mata untuk memperbesar keuntungan perusahaan mereka sendiri. Pemerintah Hindia-Belanda memberi kelonggaran kepada anak-anak untuk memasuki Europeesche Lagere School namun tetap saja ada kebijakan jika yang boleh sekolah disana adalah peserta didik calon dokter Jawa.

Suatu bukti bahwa pemerintah Belanda semata-mata mementingkan pendidikan calon-calon pegawai negeri (KS PS dan Tendik Kemdikbudristek, 2021). Pendidikan zaman kolonial hanya untuk kepentingan kolonial saja. Pendidikan kolonial tidak dapat membentuk manusia merdeka (Syaharuddin & Susanto, 2019). Sehingga, sejak dulu kala Ki Hadjar Dewantara telah berani menentang Hindia-Belanda sampai kepada kritikannya yang berjudul "Seandainya Aku Seorang Belanda" dan Ki Hadjar Dewantara diasingkan ke pulau Bangka dan diasingkan lagi ke Negeri Belanda bersama kedua rekannya (Zuriatin et al., 2021). Namun sebelum itu semua bersama Cipto Mangungkusomo dan Douwes Dekker membentuk Indische Partij dengan tujuan mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada saat di Belanda Ki Hadjar Dewantara banyak mempelajari mengenai sistem pendidikan dan pengajaran yang digagas oleh Mario Montessori dan Rabindranath Tagore (Ora, 2011).

Sekembalinya di Indonesia Ki Hajar mendirikan Taman Siswa di Jogjakarta. Proses pembelajaran meliputi materi pelajaran dan ditambah pendidikan kebangsaan dan budi pekerti, hal ini bertujuan untuk meningkatkan jasmani atau rohasi dan sosial. Taman siswa mengusung konsep baru sistem pendidikan di Indonesia dengan asas Trikon (Kontinu, Konvergen, dan Konsentris) (KS PS dan Tendik Kemdikbudristek, 2021). Setelah Indonesia meraih kemerdekaan, Ki Hajar Dewantara ditunjuk oleh presiden Soekarno untuk menjadi Menteri Pendidikan Pengajar dan Kebudayaan namun itu tidak berlangsung lama dikarenakan hanya memegang jabatan selama tiga bulan. Setelah tidak menjadi mentri Ki Hajar masih terus melakukan kritik dan tetap memperjuangan keberlangsungan taman siswa hingga mencapai posisi aman pasca perang dan setelah perang namun masih ada campur tangan belanda di Indonesia.

Dengan melihat perjalanan pendidikan nasional sebelum dan sesudah merdeka praktik pendidikan di Indonesia masih terbelenggu oleh beberapa hal yakni, pembelajaran yang berfokus pada perkembangan intelektual peserta didik tanpa ada pembelajaran yang berkaitan dengan budaya. Kemudian adanya ketidakmerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan di Indonesia, dalam artian tidak semua masyarakat pribumi dibebaskan untuk memperoleh pendidikan. Kemudian yang terakhir yakni setelah merdeka, masih ada hal yang perlu dibenahi karena pendidikan setelah merdeka sangat terbatas sebab masih mengacu pada sistem pendidikan yang lebih mementingkan peningkatan intelektual dan nilai belajar saja, sehingga peseta didik tidak leluasa untuk belajar dengan tentram karena adanya sistem pendidikan yang menuntut peserta didik untuk memiliki atau memperoleh nilai belajar yang besar saja tanpa adanya peningkatan potensi diri peserta didik.

Pendidikan yang membelenggu kini mengalami berbagai perubahan hingga kini pendidikan bertujuan untuk memerdekan peserta didik. Pendidikan yang memerdekakan adalah proses Pendidikan yang menuntun peserta didik untuk mengembangkan potensi yang ada. Murid diciptakan sebagai makhluk yang memiliki kodrat untuk mereka hidup dan tumbuhnya murid seperti halnya petani tidak dapat mengubah padi menjadi jagung. Sehingga, tugas pendidik itu menuntun tumbuh dan hidupnya kekuatan kodrat yang dimiliki peserta didik. Model Pendidikan yang saat ini dapat melepaskan belenggu yaitu,

  • Sekolah yang menetapkan prinsip Pendidikan yang jelas tentang ranah pendidikannya. Seperti sekolah adiwiyata, sekolah dengan Pendidikan karakter yang berpusat pada karakteristik peserta didik, dan sekolah yang menerapkan budaya atau ada istiadat Indonesia.
  • Perubahan kurikulum menjadi kurikulum merdeka yang menjadikan peserta didik sebagai pusat pembelajaran yang mana peserta didik akan diberikan kebebasan dalam belajar. 
  • Penerapan   Prinsip   Pelajar   Pancasila   yang   prinsip   pelaksanaannya   lebih kontekstual, eksploratis, dan berpusat pada peserta didik sehingga memfasilitasi peserta didik untuk bebas mengembangkan bakat minatnya.
  • Memperbarui,  mengupgrade,  dan  merefleksi  kualitas  pendidik  dari  kegiatan workshop,  pelatihan,  webinar  kependidikan  dan  pengaplikasian  model-model pembelajaran yang mengedepankan kebebasan belajar.

Pengaplikasian model pembelajaran dalam pendidikan saat ini seperti:

  • Steam,   peserta   didik   bebas   berkreasi   dalam   pemecahan   masalah   atau menemukan pemahaman
  • Environmental  learning,  peserta  diidk  bebas  memanfaatkan  lingkungan  dan mengeksplor pengetahuan melalui lingkungan.
  • Project   based   learning,   pembelajaran   berbasis   projek   untuk   melakukan investigasi mendalam pada suatu topik

Referensi

KS PS dan Tendik Kemdikbudristek. (2021, April 9). Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. https://www.youtube.com/watch?v=qgsbRba78GE

Ora, F. B. (2011). Perananan Ki Hadjar Dewamtara dalam Memajukan Pendidikan Pribumi Tahun 1922-1930 [Sanata Dharma]. https://repository.usd.ac.id/25240/2/051314019_Full%5B1%5D.pdf

Syaharuddin, & Susanto, H. (2019). Sejarah Pendidikan Indonesia (Era Kolonialisme Nusantara sampai Reformasi) (1st ed.). Universitas Lambung Mangkurat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun