-Tentang Mama, 3 kepompong dan Mandela-
Mama ku adalah perempuan tangguh. Yang berdiri setegar karang dilautan untuk melindungi dan memperjuangkan tiga anak perempuannya. Mama ku muda adalah gadis cerdas dan beruntung. Putri sulung dari seorang tukang becak dan pembantu rumah tangga di sebuah desa kecil di Indramayu. Yani- demikian nama mama ku, pada usia lima tahun di angkat anak oleh sepupu ibu nya (uwak acih) yang menikah dengan orang tionghoa pemilik pabrik roti yang kaya raya di Jakarta. Tapi Uwak Acih dan suaminya tidak memiliki anak. Dan pasangan suami istri itu, mengangkat anak dari saudara-saudaranya sebanyak 17 orang. Maka, sejak Mama berusia lima tahun sudah hijrah ke jakarta di bilangan pecinan kota.
Mama ku bertemu jodohnya saat menempuh pendidikan tinggi di Universitas di Jakarta. Seorang pria dari pulau Sumatra. Walau pernikahan mereka tanpa restu, mama bersedia menerima pinangan lelaki yang dicintainya itu. Walau dikemudian hari, cinta mereka tidak menemui keabadian. Papa memilih menikah lagi dengan gadis berdarah biru yang masih terhitung saudara agar makin kental bibit dan bobot trah kerajaan. Mama ku memilih pergi membawa tiga putrinya daripada merasakan pahitnya di madu. Mama dengan sabar dan ikhlas menerima semua resiko dari pilihannya itu.
Mama tidak pernah mengajarkan kami membenci Papa. Mama slalu mengucapkan hal-hal baik, bersikap baik dan memberikan kami hal-hal yang terbaik walaupun kalau di nalar secara logika, hal di luar batas kemampuannya. Hidup kami memang tidak berlebihan. Makan seadanya, pakai baju seadaanya dan liburan paling menyenangkan adalah membantu mama di pasar. Mama mendoktrin kami untuk rajin belajar, jangan bosan bermimpi dan bekerja keras mewujudkan mimpi. Mama bilang, “wanita juga harus cerdas. Karena wanita akan menjadi ibu. Dan ibu adalah pendidik pertama dan utama bagi seorang anak. Ketika seorang wanita memasuki dunia pernikahan, banyak hal bisa terjadi. Entah resiko di tinggal meninggal suaminya, di tinggal menikah lagi seperti mama dan kemungkinan buruk lainnya. Ibu harus berjuang untuk anaknya. Apapun yang terjadi. Dan kecerdasan, pendidikan serta keahlian yang akan menolong diri sendiri dan anak-anaknya”.
Walau susah sungguh hidup kami dulu, Mama tidak pernah merajam mimpi dan semangat kami untuk belajar. Mama selalu menomor satu kan kepentingan sekolah kami. Dan kami, tidak sampai hati mengkhianati pinta mama. Mama selalu menyemangati kami dengan cerita-cerita orang besar karena kecerdasan dan kerja kerasnya dan tentang negri-negri indah di sebrang lautan. Mama berkali-kali menceritakan Nelson Mandela-manusia keras kepala yang tak pernah terpatahkan semangat cita-citanya meski tubuhnya terasing dan terpenjara. Aku Sampai hafal di luar kepala rasanya biografi pejuang hak asasi manusia dan bangsa asal afrika selatan itu. dan yang aku suka, Mata Mama selalu bersinar saat menceritakannya.
Karena usaha tak pernah berkhianat pada hasil, ini lah kami tiga buah hati Mama. sulung bergelar Phd dari Universitas terkemuka di negri Hitler. Menikah dengan orang sana, punya satu anak, bekerja dan menetap disana. Sekolah si tengah memang hanya sampai SMA. Tapi dia adalah wirausaha dengan bakat dan talenta bisnis yang tidak diragukan. Dan si bungsu, seorang Dokter bergelar Magister Administrasi Rumah Sakit yang bekerja di salah satu Rumah bergengsi di Jakarta. Kami sepakat, akan melakukan apapun untuk membuat Mama bahagia di sisa hidup nya. Mama adalah bidadari tanpa sayap yang Allah berikan untuk kami. Kami sangat beruntung memiliki beliau. Mimpi mama untuk menjadi tamu di tanah suci sudah terwujud. Dan Kami berusaha mewujudkan mimpi Mama untuk sampai di negri Nelson Mandela. Kami ingin menemani Mama berpetualang ke negri yang terkenal dengan keindahan dan kemajuannya di benua Afrika. Negri pemilik manusia hebat yang sangat menginspirasi tiga kepompong untuk menjadi kupu-kupu indah. Kami ingin mengukir senyum di hati Mama. Kami berharap, Mama Menikmati hal-hal yang pernah dikorbankannya untuk kami. Semoga melalui sayembara jauhdekat.com ini Mimpi Mama dapat terwujud
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H