"Contoh konkrete koyo diskriminasi, perundungan, dan pengucilan terhadap siswa yang memiliki latar belakang berbeda dengan kita, atau komunitas yang berbeda dengan kita. Apakah sudah paham?"
Siswa B
"Sudah paham."
Data 1. merupakan proses komunikasi dua peserta didik yaitu peserta didik A dan B. Pada kegiatan pemebelajaran di kelas dengan materi mempresentasikan infografis tentang fenomena sosial, tepatnya setelah kelompok 1 selesai melakukan presentasi. Â Peristiwa yang menunjukkan alih kode yang ditemukan peneliti pada tuturan antara peserta didik A dan peserta didik kelas B yang menjadi audiens. Peristiwa alih kode ini terjadi ketika presentator (Peserta didik A) melakukan presentasi dengan bahasa Indonesia akan tetapi saat merespon pertanyaan peserta didik B, ia menggunakan bahasa Jawa.
Alih kode yang terjadi tampak saat peserta didik A menawarkan kepada rekan-rekannya dalam satu kelas untuk mengajukan pertanyaan. Penawaran oleh peserta didik A dilakukan dengan menggunakan bahasa Indonesia. Dan Siswa B juga mengajukan  pertanyaan dengan bahasa Indonesia. Siswa A menjawab pertanyaan dengan bahasa Indonesia, tetapi diakhir kalimatnya menggunakan bahasa Jawa, Mudheng opo ora?  Kalimat tersebut sebagai bentuk alih kode dari bahasa bahasa Indonesia ke bahasa Jawa.  Hal ini disebabkan oleh peserta didik A berusaha untuk memberikan pemahaman yang lebih kepada penanya yakni peserta didik B sehingga ia mengalih kodekan bahasa Indonesia menjadi bahasa Jawa. Alih kode ini berbentuk alih kode internal yaitu dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Percakapan selanjutnya juga terjadi alih kode lagi yaitu pada kalimat "Sebenarnya saya sudah paham, tetapi ono siji sing durung tak pahami."Â
Kalimat tersebut diucapkan oleh B sebagai bentuk respon dari pertanyaan A yang disampaikan menggunakan bahasa Jawa. Ia sebenarnya sudah paham tetapi ada satu hal yang belum dipahami, maka terjadilah alih kode internal yaitu dari bahasa Indonesia ke bahasa  Jawa.
Campur kode terjadi pada kalimat yang disampaikan oleh peserta didik B saat merespon pertanyaan peserta didik A dengan tuturan, "Coba sebutkan contoh konkrete?" Â Peserta didik B melakukan campur kode yang menyebabkan hadirnya kata Jawa yang diucapkan bersama-sama dengan bahasa Indonesia. Kalimat yang disampaikan oleh peserta didik B tersebut sebagai respon atas pertanyaan peserta didik A dengan tuturan " Sing endi?" Peserta didik A bertanya menggunakan bahasa Jawa dengan sengaja agar peserta didik B lebih memahami apa yang dia sampaikan. Pertanyaan disampaikan dengan spontan karena peserta didik A merasa bahwa penggunaan bahasa Jawa lebih familiar dan mudah dipahami karena bahasa Jawa lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Campur kode juga dialami oleh peserta didik A saat mencoba memberi penjelasan atas pertanyaan peserta didik B. Tuturan yang diucapkan "Contoh konkrete koyo....". Tuturan ini untuk menjawab pertanyaan peserta didik yang juga menggunakan bahasa Jawa. Setelah itu peserta didik A yang sudah memahami pertanyaan peserta didik B segera mengalih kodekan bahasanya menjadi bahasa Indonesia kembali. Peserta didik B juga sudah memahami jawaban  peserta didik A, maka ia segera mengalih kodekan bahasanya menjadi bahasa Indonesia kembali. Campur kode yang dilakukan oleh peserta didik tersebut karena ingin menciptakan suasana menjadi lebih santai dan akrab serta agar memperlancar komunikasi antar peserta didik agar tidak kaku. Dengan demikian campur kode yang terjadi pada tuturan-tuturan tersebut adalah campur kode ekstern bahasa Jawa ke bahasa Indonesia.
Data 2
Siswa B
"Oke, teman-teman sekalian kita kan melakukan ice breaking, soalnya aku tadi lihat kalian itu pada ngantuk, pada mau tidur terus. Jadi kalua nanti aku bilang pagi maka tepuk satu kali, siang tepuk dua kali, sore tepuk tiga kali dan malam setengah tepuk. Paham teman-teman?"