Melintasi Jejak Wong Kalang di Blora
Naning Sulbiyati
Komunitas Atasi (Aksi Tanggap Literasi)
Siapakah kita? Tentu bukan turun dari langit, kan?  Mengetahui asal-usul  dan leluhur  akan membantu kita dalam  membentuk identitas diri. Kita menjadi lebih mengenal siapa diri kita dan dari mana kita berasal. Hal ini menumbuhkan rasa memiliki dan bangga terhadap akar budaya kita. Lalu siapakah kita yang lahir dan tumbuh besar di Blora? Catatan-catatan arkeologis mengabarkan bahwa leluhur orang Blora adalah Wong Kalang. Nenek moyang yang memiliki sejarah panjang dan budaya unik. Di wilayah Blora, Jawa Tengah, keberadaan Wong Kalang meninggalkan jejak peradaban yang cukup signifikan. Suku pribumi yang sangat tua, bahkan lebih tua dari tradisi agama yang masuk ke Blora
Banyak perkakas dan peralatan sehari-hari  yang ditemukan di  situs-situs kuno yang menyimpan misteri dan cerita tentang kehidupan suku ini. Salah satu peninggalan yang terkenal adalah kubur batu sebagai tanda makam. Gunung Pontang di Desa Bleboh merupakan salah satu lokasi yang banyak ditemukan situs kubur batu Wong Kalang. Umumnya berupa batu besar berbentuk persegi panjang yang diletakkan di atas tanah dengan ukuran yang bervariasi serta memiliki ornamen atau ukiran sederhana. Makam ini membujur dari barat ke timur, tidak seperti makam pada umumnya. Ada juga makam yang di tutupi logam dengan konsep nutupi hawa sanga yang bertujuan menutupi diri dari pengaruh buruk. Sejumlah 23 makam ditemukan tersebar di Kawasan hutan Desa Bleboh.
Jejak kehadiran Wong Kalang  juga tampak dari penemuan gerabah dan perkakas rumah tangga. Suku kalang dianggap sakti serta mahir membuat perabotan dan gerabah dari kayu jati.  Secara historis, Wong Kalang dikenal sebagai masyarakat yang tangguh, ulet dan teguh memegang prinsip. Suku ini tak mau tunduk pada siapapun termasuk pada penguasa. Sehingga mereka dianggap liar dan hidup mengasingkan diri di hutan. Secara nomaden, mereka hidup selaras dengan alam, menggantungkan hidup pada pertanian dan perikanan.
Kearifan leluhur Wong Kalang yang bisa kita warisi adalah Sewu Mergo Siji Pati. Filosofi ini mengajarkan bahwa ribuan orang bisa bersatu karena satu tujuan. Ini mencerminkan semangat gotong royong dan persatuan yang tinggi. Sedangkan tradisi yang bisa kita petik hikmahnya adalah upacara obong. Upacara ini tidak hanya sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur, tetapi juga sebagai sarana untuk menyatukan masyarakat dan memperkuat ikatan sosial. Wong Kalang adalah akar, Wong Blora adalah cabang. Semakin kuat akarnya, semakin rindang cabangnya.
Yuk Dolan Blora.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H