"GARA-GARA KERAS KEPALA, REMAJA DI GORONTALO DISERAHKAN KE POLISI OLEH IBUNYA"
Pada Rabu (7/11/2024) Satrio Tomayahu (19) dilaporkan oleh ibunya ke Kapolsek Dungingi, Kota Gorontalo. Nunlawati Beu (42) melakukan hal tersebut, karena merasa tidak sanggup lagi menghadapi tingkah putranya yang keras kepala dan suka melawan. meaw Gara-Gara Keras Kepala, Usai dilaporkan ke Polisi, pemuda itu pun menangis histeris sembari meminta maaf dan memohon kepada sang ibu agar tidak ditinggalkan di kantor Polisi.
"Mama ampun, mama jangan, minta ampun mama, mau pulang mama," tangisnya menjerit.
Namun para polisi menghimbau pada sang ibu, agar putranya tersebut untuk ditinggalkan di Kantor Polisi agar diberi pelajaran "Di sini dulu ngana barang lima hari", kata polisi.
Kira-kira efektif nggak ya cara ini?
Sumber Berita : detik.com
OPINI:
 Kasus remaja di Gorontalo yang diserahkan ke polisi karena keras kepala mencerminkan betapa pentingnya komunikasi dan pemahaman antara orang tua, anak, dan pihak berwenang. Remaja seringkali berada dalam fase pencarian jati diri, yang bisa membuat mereka lebih keras kepala atau sulit diatur. Dalam kasus seperti ini, perlu adanya pendekatan yang bijaksana dan penuh pengertian, baik dari orang tua, guru, maupun polisi.
 Penyelesaian yang melibatkan pihak berwenang, seperti polisi, harusnya menjadi langkah terakhir setelah upaya penyuluhan atau mediasi tidak berhasil. Sebaliknya, penggunaan pendekatan yang lebih rehabilitatif dan edukatif akan lebih membantu remaja untuk memahami konsekuensi tindakan mereka, serta mendorong perubahan perilaku yang positif.
Namun, di sisi lain, orang tua dan masyarakat juga perlu terus memperhatikan kondisi remaja di lingkungan mereka, dengan memberikan arahan yang penuh perhatian dan kasih sayang, untuk mencegah permasalahan serupa di masa depan. Pada akhirnya, tujuan dari setiap tindakan adalah untuk mendidik dan melindungi masa depan generasi muda.
Belakangan ini, sebuah peristiwa di Gorontalo menarik perhatian banyak pihak, di mana seorang remaja harus berurusan dengan pihak kepolisian akibat sikap keras kepala yang ditunjukkan. Kasus ini menggambarkan betapa pentingnya pendekatan yang bijak dalam menangani permasalahan remaja, serta bagaimana faktor lingkungan, pendidikan, dan pemahaman terhadap hak asasi manusia berperan penting dalam membentuk karakter dan perilaku mereka. Dalam opini ini, kita akan membahas lebih dalam mengenai peristiwa tersebut, faktor penyebabnya, dampak yang ditimbulkan, serta bagaimana seharusnya masyarakat dan pihak berwenang bertindak dalam menghadapi persoalan yang melibatkan remaja.
Keras Kepala: Sebuah Fenomena dalam Masa Remaja: Keras kepala atau sikap keras hati adalah salah satu ciri khas yang sering kali ditemui pada masa remaja. Masa remaja merupakan periode transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, di mana seorang individu sedang dalam proses pencarian jati diri. Selama fase ini, mereka cenderung menantang otoritas, mempertanyakan norma-norma yang ada, dan sering kali merasa memiliki hak untuk mengambil keputusan tanpa mempertimbangkan dampak yang lebih luas. Di sinilah letak kerentanannya.
 Pada usia remaja, otak mereka belum sepenuhnya matang dalam hal pengambilan keputusan rasional, sehingga terkadang remaja bertindak impulsif dan penuh emosi. Keras kepala dalam konteks ini bisa berarti ketidakmauan untuk mendengarkan nasihat orang tua, guru, atau bahkan aparat penegak hukum. Dalam situasi tertentu, seperti yang terjadi di Gorontalo, hal ini bisa berujung pada tindakan yang lebih ekstrem, yaitu menyerahkan remaja ke pihak kepolisian.
 Namun, perlu dicatat bahwa keras kepala bukanlah karakter yang sepenuhnya negatif. Dalam konteks tertentu, sikap ini bisa menunjukkan keberanian untuk menentang ketidakadilan atau memperjuangkan hak-hak mereka. Masalahnya adalah, ketika keras kepala ini tidak disertai dengan pemahaman yang matang dan kesadaran sosial yang baik, maka akan muncul konsekuensi yang tidak diinginkan, baik bagi individu itu sendiri maupun masyarakat.
 Faktor Penyebab Sikap Keras Kepala pada Remaja:
 Terdapat berbagai faktor yang dapat memengaruhi sikap keras kepala pada remaja. Faktor-faktor ini bisa berasal dari dalam diri remaja itu sendiri maupun dari lingkungan sekitar mereka. Berapa di antaranya adalah: 1) Perkembangan Psikologis: Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, masa remaja adalah periode di mana otak masih berkembang, terutama di bagian yang berhubungan dengan pengendalian emosi dan pengambilan keputusan. Pada tahap ini, remaja cenderung lebih emosional dan sering kali kurang mampu mengevaluasi konsekuensi dari tindakan mereka. 2) Lingkungan Keluarga: Keluarga adalah tempat pertama di mana remaja belajar tentang nilai-nilai, disiplin, dan cara berinteraksi dengan orang lain. Jika dalam keluarga terdapat pola asuh yang terlalu otoriter atau justru terlalu longgar, maka remaja bisa cenderung menunjukkan sikap keras kepala. Pola komunikasi yang tidak terbuka atau kurangnya perhatian terhadap kebutuhan emosional anak juga bisa memperburuk situasi. 3) Tekanan Sosial dan Pergaulan: Remaja sering kali terpengaruh oleh teman sebaya. Dalam lingkungan pergaulan, mereka bisa merasa tertekan untuk menunjukkan sikap berani, termasuk dalam hal menentang aturan atau norma yang ada. Tekanan sosial dari teman- teman mereka untuk mengikuti perilaku tertentu, seperti merokok, minum alkohol, atau bahkan melakukan tindakan kriminal, bisa mendorong mereka untuk menjadi lebih keras kepala. 4) Kurangnya Pendidikan dan Pengawasan: Pendidikan yang tidak memadai, baik di sekolah maupun di rumah, dapat membuat remaja kurang memahami konsekuensi dari tindakan mereka. Tanpa pemahaman yang cukup mengenai aturan hukum atau norma sosial, remaja bisa bertindak tanpa rasa takut atau khawatir akan dampaknya. Pengawasan yang kurang dari orang tua atau pihak sekolah juga dapat menyebabkan remaja merasa bebas untuk bertindak sesuka hati.
 Dampak dari Keras Kepala yang Berujung pada Penyerahan ke Polisi:
 Ketika sikap keras kepala seorang remaja berujung pada penyerahan mereka ke pihak kepolisian, dampaknya bisa sangat luas dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan mereka. Beberapa dampak yang mungkin timbul antara lain: 1) Kerusakan Hubungan Sosial: Remaja yang berurusan dengan polisi bisa merasa distigmatisasi, apalagi jika kasus tersebut menjadi perhatian publik. Mereka bisa dijauhi oleh teman-teman sebaya atau bahkan masyarakat sekitar. Ini bisa memengaruhi rasa percaya diri mereka dan memperburuk kesehatan mental. 2) Pembentukan Karakter Negatif: Jika proses penanganan kasus ini tidak dilakukan dengan bijaksana, ada kemungkinan remaja tersebut justru semakin keras kepala dan menentang otoritas. Mereka mungkin merasa bahwa hukum atau orang dewasa tidak dapat dipercaya, dan ini dapat memperburuk perilaku mereka di masa depan. 3) Efek Jangka Panjang pada Kehidupan Remaja: Remaja yang terjerat masalah hukum bisa mengalami kesulitan dalam melanjutkan pendidikan atau memperoleh pekerjaan di masa depan. Catatan kriminal, meskipun ringan, bisa berdampak besar pada peluang karier dan integrasi sosial mereka.
 Bagaimana Seharusnya Menangani Remaja dengan Sikap Keras Kepala?
 Dalam menghadapi remaja yang keras kepala, kita harus mengedepankan pendekatan yang lebih humanis dan mengedepankan pemahaman. Tindakan keras yang berujung pada penyerahan kepada polisi seharusnya hanya menjadi pilihan terakhir setelah semua opsi lain telah dipertimbangkan. Berikut adalah beberapa langkah yang lebih baik untuk menangani remaja dengan sikap keras kepala: 1) Pendekatan Persuasif dan Komunikasi Terbuka: Salah satu cara terbaik untuk menangani remaja yang keras kepala adalah dengan berbicara secara terbuka dan jujur. Pendekatan yang mengedepankan dialog, mendengarkan keluh kesah remaja, dan memberikan penjelasan tentang konsekuensi dari tindakan mereka bisa lebih efektif daripada memberikan hukuman fisik atau ancaman. Orang tua, guru, dan aparat kepolisian harus bersikap sabar dan tidak langsung menilai atau menghakimi. 2) Pendidikan yang Berkesinambungan: Pendidikan yang baik adalah kunci untuk membentuk pola pikir yang lebih dewasa pada remaja. Di samping pendidikan formal, pendidikan karakter dan budi pekerti juga sangat penting untuk membantu remaja memahami etika dan norma sosial. Program-program pendidikan yang mengajarkan tentang pengendalian diri, etika, dan pengambilan keputusan dapat membantu remaja untuk membuat pilihan yang lebih baik. 3) Peran Keluarga dan Masyarakat: Keluarga adalah tempat pertama dan utama bagi remaja untuk belajar tentang nilai-nilai kehidupan. Oleh karena itu, orang tua harus berperan aktif dalam memberikan pengawasan, perhatian, dan bimbingan kepada anak-anak mereka. Di sisi lain, masyarakat juga memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan remaja, termasuk menyediakan ruang untuk berkegiatan positif dan memberikan contoh yang baik. 4) Pendampingan Psikologis: Dalam beberapa kasus, remaja yang menunjukkan sikap keras kepala mungkin memiliki masalah emosional atau psikologis yang belum terungkap. Pendampingan oleh psikolog atau konselor bisa membantu remaja untuk memahami dan mengatasi masalah-masalah pribadi yang mereka hadapi, sehingga sikap keras kepala mereka bisa berkurang.
 Kasus remaja yang diserahkan ke polisi di Gorontalo mencerminkan betapa pentingnya pendekatan yang bijak dalam menghadapi sikap keras kepala pada remaja. Remaja adalah individu yang sedang dalam proses pembentukan jati diri, dan sikap keras kepala adalah bagian dari proses tersebut. Namun, jika tidak ditangani dengan benar, sikap tersebut bisa berkembang menjadi masalah yang lebih besar, yang akhirnya membawa dampak negatif bagi individu dan masyarakat. Penting untuk diingat bahwa penegakan hukum harus dilakukan dengan pendekatan yang bijaksana, mengedepankan perlindungan hak asasi manusia, dan memperhatikan aspek rehabilitasi, bukan hanya hukuman. Oleh karena itu, masyarakat, keluarga, dan pihak berwenang harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan positif bagi remaja, agar mereka dapat tumbuh menjadi individu yang bijak, bertanggung jawab, dan mampu berkontribusi secara positif bagi masyarakat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI