Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tempe, Janganlah Menghilang

2 Januari 2021   19:21 Diperbarui: 2 Januari 2021   19:28 626
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dini hari begitu menerima informasi bahwa harga tempe ada kemungkinan akan mahal bahkan bisa saja menghilang, maka pagi hari dalam perjalanan berbelanja bahan makanan, yang terlintas adalah saya harus membeli tempe lebih banyak untuk persediaan. Tempe yang sudah jadi maupun yang masih berbentuk butiran kedelai terpisah-pisah karena peragian belum berjalan sempurna.

Begitulah, setiba di tempat perbelanjaan, tanpa bertanya berapa harganya, saya pun membeli beberapa buah tempe baik yang sudah jadi dalam wujud telah padat maupun yang masih tampak sebagai butiran-butiran kedelai terpisah.Syukurlah, si tempe masih terpajang di antara bahan makanan yang dijajakan penjualnya.

Setelah berbelanja,saya pun mencari tahu, ada apakah dengan tempe yang kabarnya akan naik harga bahkan bisa jadi akan menghilang? Duh,  sedihnya jika ia menghilang. Dari CNN Jakarta, ada informasi bahwa para perajin tahu dan tempe di DKI Jakarta dan Jawa Barat akan melakukan aksi mogok produksi pada tanggal 1,2, da 3 Januari mendatang, sebagai bentuk protes atas harga kedelai yang tinggi.

Rasa penasaran pun berlanjut menuju pencarian penyebab kenaikan harga kedelai. Dari Warta Ekonomi (WE Online) terjawab sudah penyebabnya. Harga kedelai impor di tingkat perajin mengalami kenaikan sekitar 3,33 s.d 5.56% pada bulan Desember 2020. Faktor utama penyebab kenaikan harga kedelai dunia karena adanya lonjakan permintaan kedelai dari Tiongkok kepada Amerika Serikat sebagai eksportir kedelai terbesar dunia.

Setelah mengetahui penyebabnya, sebagai konsumen saya hanya berharap semoga harga segera stabil selain harapan semoga keduanya tidak menghilang. Jika para perajin serentak melakukan aksi mogok produksi, tentu keduanya hilang dari peredaran. Inilah yang sangat tidak saya ingini.

Tempe dan tahu sebagai lauk seakan ibarat beras, yang berarti telah menjadi lauk pokok di samping beras yang berperan sebagai makanan pokok. Ada masalah seberat apapun, selagi di rumah masih ada pasangan beras dan tempe, ditambah cabe, masalah tersebut seakan lewat. Demikian pula sebaliknya. Walaupun ada beberapa bahan makanan lain, jika beras, tempe, dan cabe  tidak ada,terasakan ada sesuatu yang hilang. Hehehe.

Kesukaan akan tempe sepertinya sejak saya masih kanak-kanak. Oleh karena itu, ketika harus kos, yang saya minta kepada ibu adalah saya diizinkan memasak sendiri. Hal itu berarti datang ke tempat kos harus membawa kompor, wajan, beserta peralatan memasak lainnya. Yang melihat tentu keheranan, Memang saya ingin memasak apa untuk menu sehari-hari, sampai-sampai tidak mau bergabung untuk "pesan" makan ke ibu kos  dan lebih suka memasak sendiri?

Sesungguhnya, saya hanyalah tidak mau berpisah dengan tempe. Bukankah tempe goreng ditemani sambal apapun terasa nikmat? Ia selalu cocok berteman dengan sambal kecap, sambal bawang, sambal terasi, bahkan sambal petis. Selain tempe goreng, tempe kukus pun tidak kalah enaknya jika ditemani sambal kelapa, berbumbu urap untuk sayuran.

Pertama, saya menyukai tempe sejak kanak-kanak tentu karena rasanya yang gurih. Apalagi jika cara memasaknya setelah diiris-iris, kemudian direndam ke dalam air yang telah dibumbui ulegan garam, bawang, dan ketumbar. Tempe yang telah direndam di dalam bumbu tersebut digoreng saat dibutuhkan, misalnya tempe direndam didalam air berbumbu, lalu digoreng saat membutuhkan  cemilan atau untuk lauk makan siang. Hmm...bumbunya telah meresap dan rasanya tentu saja semakin gurih ketika dimakan hangat-hangat.

Kedua, begitu ada keinginan berhemat, rasa suka kepadanya bertambah tentu karena harganya yang murah. Sebatang tempe dua ribu rupiah dalam sehari bisa untuk lauk sekaligus cemilan manakala sedang bersibuk. Walaupun sama-sama murah, sama-sama berbahan kedelai, jika harus memilih antara tahu dan tempe, saya memilih tempe. Mengapa?

Selain gurih, tempe pun awet karena yang sudah tersimpan beberapa hari pun masih bisa dimanfaatkan. Jika untuk lauk, tempe lama yang disebut tempe semangit itu bisa diolah menjadi mendol tempe, yaitu tempe yang dihaluskan ditambah dengan bumbu. Begitu pula jika bosan dengan gorengan atau sedang tidak makan gorengan karena diet, tempe semangit masih bisa digunakan sebagai campuran sayur lodeh, adakalanya pun digunakan sebagai sambal tumpang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun