Seringkali, setiap memberikan tugas kepada siswa, ada saja satu atau dua orang dari mereka yang bertanya tentang sanksi yang akan diberikan guru jika terlambat mengumpulkan tugas.
Pertanyaan yang adakalanya menyulut kejengkelan tersebut pun saya jawab dengan saran agar mereka mengerjakan secepatnya begitu memiliki waktu luang. Waktu luang bukan untuk disia-siakan, melainkan segera digunakan untuk menyelesaikan tugas.
Janganlah membiasakan menunda-nunda waktu,"Andaikan saya diberikan tiga pilihan permintaan, 1. Menjadi orang terkaya sedunia, 2. Menjadi wanita tercantik sedunia, 3. Kembali ke masa SMA seperti Kalian saat ini? Â Tentu saya akan memilih yang ketiga.Â
Mengapa? Karena hanya waktulah yang tidak dapat diupayakan bahkan dikhayalkan pun, untuk kembali. Mengkhayal sebagai orang kaya dan orang tercantik, masih bisa dicoba dengan mencari berbagai solusi untuk meraihnya. Pertanyaan yang muncul, sanggupkah? Jika sanggup, lakukan. Jika tidak, lupakan.
Tapi untuk pertanyaan ketiga, yang muncul bukan sanggupkah, melainkan mungkinkah? Jika yang muncul mungkinkah, jawabannya pun hanya satu, tidak mungkin.Â
Betapa menyedihkan, karena kreativitas kita untuk mengejar bahkan mengkhayalkan impian tersebut langsung spontan dipenggal dan terpental ke sudut-sudut penyesalan tiada akhir.Â
Oleh karena itu, hargai waktu, jangan menunda-nunda tugas, apalagi bertanya kapan batas akhir beserta sanksinya jika tidak menyelesaikannya. Pertanyaan yang tidak perlu dan hanya membuang-buang waktu.Â
Biasanya, mereka pun terdiam jika sudah diomeli demikian. Entah apa yang terlintas di hatinya. Bisa saja si penanya menggerutu dan mengatakan bahwa bu gurunya galak. Hehehe.
Akhirnya, tatkala seorang siswa yang bagi saya juga bagi beberapa guru dari beberapa mata pelajaran, mengatakan bahwa ia tergolong pandai, justru paling awal angkat tangan dan bertanya juga tentang hal yang sama seperti tersebut di atas, setelah saya jawab sama dengan yang tertulis di atas pula, membuat saya terdorong mencari jawaban atas asumsi yang melintas. Asumsi yang menganggap bahwa ia menjadi bermalasan dalam era pandemi ini. Betulkah demikian?
Christoph Niemann, seorang penulis artikel New Yorker dan Wired, sesuai dengan bahan bacaan yang saya baca dari buku berjudul Stop Mengeluh, Siap Kerja, Kerja, dan Kerja oleh Jubilee Enterprise, pernah menulis bahwa deadline itu penting.Â
Deadline bisa membuat kita berpikir secara bersungguh-sungguh. Pendapat tersebut benar. Deadline yang longgar bisa memunculkan banyak "penyakit" dan penyakit yang paling parah adalah "menunda-nunda".Â