Kita tentu ingat dongeng Timun Emas, bukan? Seorang wanita yang sangat ingin memiliki anak, kemudian meminta pertolongan kepada Ki Buto Ijo.Â
Permintaan tersebut dituruti dengan memberi seorang anak perempuan dengan syarat, kelak jika si anak sudah menjelang remaja, ia akan diambil kembali oleh Ki Buto Ijo.
Tidak jelas siapakah Ki Buto Ijo? Ia sejenis manusia seperti kita ataukah makhluk dari dimensi lain? Sang ibu yang sudah bersiap siaga akan datangnya bencana untuk anak gadisnya, segera meminta anak gadisnya  pergi dengan memberinya bekal yang akan membuat Ki Buto Ijo lengah lalu melepaskan buruannya. Ia dibekali tiga buah benda yang berwujud biji mentimun, jarum, terasi campur garam.
Dalam dongeng tersebut dikisahkan, Ki Buto Ijo datang lagi ke rumah sang ibu untuk menagih janji. Konon, kedatangannya untuk memangsa Timun Emas sudah kali ketiga, sehingga mau tak mau sang ibu harus merelakan anaknya dimangsa Ki Buto Ijo jika tidak ingin mereka mendapat bencana.
Pagi-pagi menjelang Ki Buto Ijo datang ke rumah mereka, Timun Emas diminta ibunya bersiap-siap pergi meninggalkan rumah untuk bersembunyi menghindari Ki Buto Ijo.Â
Kalaupun dalam perjalanan ia terkejar, ia harus dapat melawan dengan melemparkan satu per satu benda yang dibawanya. Benda yang diharapkan bakal membuat Ki Buto Ijo lengah dan tidak lagi memburunya.
Manakala Ki Buto Ijo sampai ke rumah ibu tersebut, Timun Emas sudah pergi dan siap melawannya. Bagaimana kisahnya sampai ibu tersebut memeroleh Timun Emas kemudian si Timun Emas malah dipersiapkan untuk melawan si pemberi bantuan?Â
Kasihan ya Buto Ijo begitulah yang terbayang saat pertama kali saya mendengar dongeng Timun Emas ketika masih anak-anak. Itu karena saya teringat pada mainan kesayangan andaikan dipinjam orang lain kemudian saat kuminta si peminjam malah menyerang? Hehehe.
Sang ibu adalah seorang janda yang  merasa hari-harinya terasa sepi tanpa kehadiran anak yang bisa diajak bersosialisasi. Wajarlah, zaman dahulu kala selain belum ada internet, jarak rumah satu dengan lainnya pun ratusan meter. Â
Perasaan kesepian saat berpisah dengan keluarga inti setelah menikah dilanjutkan dengan kematian suaminya membuatnya berdoa memohon kepada Tuhan agar menemukan seorang anak.
Suatu malam ia bermimpi didatangi raksasa hijau yang menyuruhnya masuk hutan untuk mengambil anak. Betapa kecewa saat memasuki hutan sekian kilometer, yang ditemui hanyalah biji-biji mentimun.Â