Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mindset "Penumpang" dan "Pengemudi" dalam Pembelajaran

16 Agustus 2020   09:48 Diperbarui: 16 Agustus 2020   09:59 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dalam hal ini, terasakan bahwa daya berpikir kritis maupun latihan bernalar seolah tidak dikembangkan maksimal. Si anak kecil sudah langsung dimanjakan dengan cara diajari mencari kambing hitam manakala tersandung malapetaka. 

Hal yang mengerikan adalah apabila kelak tatkala dewasa, begitu memperoleh benturan sedikit dalam menjalani kehidupan, mereka pun segera  berteriak meminta pertolongan tanpa mau mencari solusi terlebih dahulu untuk mengatasi masalahnya. Seolah segala masalah akan selesai jika sudah meminta pertolongan, tanpa berusaha menolong diri sendiri, dengan cara mengubah mindset, misalnya berlatih berhemat agar tidak sengsara tatkala menghadapi musibah.

Kebiasaan yang sudah berakar di masyarakat dalam memanjakan anak-anak pun terlihat sejak kecil sampai mereka berumah tangga, misalnya masih melibatkan orangtua dalam mengasuh anaknya berlanjut nyaman tinggal menumpang di rumah orangtua walaupun sudah menikah. 

Demikianlah mindset penumpang yang hanya berdiam menunggu pertolongan pengemudi menuju suatu tempat tanpa mencari solusi, misalnya berjalan kaki menuju tujuan karena pengemudi sedang tidak enak badan.  Kebiasaan bermental penumpang yang pasif  harus diubah menuju mental pengemudi yang dinamis demi mempersiapkan generasi penerus menyongsong 100 tahun Indonesia Emas tahun 2045

Generasi yang akan hidup dalam teknologi yang jauh berbeda daripada sebelumnya. Manakala orang tua mereka merancang masa depan untuk mereka agar menjadi ahli hukum atau dokter, bisa jadi mereka malah bercita-cita menjadi youtuber, chef, desainer, bahkan membayangkan akan membuat robot untuk berburu tambang di planet lain.

Harapan adanya perampingan mata pelajaran berlanjut dengan mengajar secara team teaching, semoga bukan tinggal harapan. Selain para guru tidak kehilangan pekerjaan, juga waktu per jam pelajaran bagi masing-masing mata pelajaran mendapat porsi lebih banyak. Porsi yang mengharuskan siswa mempresentasikan hasil membaca yang di dalamnya terdapat diskusi untuk membawa siswa berpikir kritis dengan dipandu oleh lebih dari satu guru dalam sebuah kelas.

Dalam kurikulum 2013 ini, yang telah menempatkan siswa sebagai student centered, memang telah menyiratkan untuk memotivasi siswa lebih kreatif, berpikir kritis, serta memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi. Siswa diharapkan terampil berpikir kritis dalam model pembelajaran yang memotivasi, bukan menakuti, atau menghukum, lalu membuat bingung. Untuk itu, HOTS ( Higher Order of Thinking Skills) yang merupakan sarana memacu kemampuan berpikir kritis dan kreatif pun telah diterapkan dalam pembelajaran dan penulisan soal ulangan.

Penerapan HOTS memang menantang para guru untuk menguasai materi pembelajaran beserta strateginya.  Oleh karena itu, beberapa  karakteristik HOTS pun telah dipahami guru, misalnya, berfokus pada pertanyaan, menganalisis argumen dan data, mendefinisikan konsep, menggunakan analisis logis, memproses informasi, kemudian menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah.

Selain karakteristik HOTS tersebut di atas, ada juga tips berpikir kritis yang diolah dari bahan bacaan dalam sebuah blog, misalnya 1. Bertanyalah jika Anda berasumsi. Daripada berasumsi lebih baik bertanya demi memeroleh kebenaran yang valid, 2. Lakukan riset tentang sebuah fakta. Jika menerima informasi, sebaiknya memastikan dulu sumbernya, bukan langsung menginformasikan secepatnya kepada orang lain dengan cara share ke sana-sini, 3. 

Mempertanyakan setiap hal kecil. Untuk menjadi orang yang skeptis memang membiasakan diri mempertanyakan setiap hal kecil sekalipun, misalnya, "Mengapa bulan yang menjadi penguasa malam, posisinya digantikan matahari pada siang hari?" Dengan mempertanyakan, secara tidak langsung kita akan mulai mencari jawabannya dan mengasah kemampuan berpikir kritis, 4. Memperbanyak membaca buku berkualitas. Buku adalah gudang ilmu. 

Siapa pun akan sepakat bahwa membaca dapat membuka jendela dunia, bisa memperluas wawasan. Semakin banyak informasi dan wawasan, semakin banyak pula pertanyaan yang melintas-lintas yang menuntut untuk mencari informasi dengan cara membaca dan membaca lagi. Karena membaca pun bisa membuat ketagihan, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun