Mohon tunggu...
nanik widiana
nanik widiana Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Feminis –Jender di Indonesia

29 April 2015   06:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:34 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Merupakan isu gerakan yang banyak diperjuangkan , tidak hanya kaum perempuan, tetapi juga oleh perlakuan terhadap perempuan yang tidak proporsional, bahkan perempuan ditempatkan pada posisi kelas dua, posisi tersubordinasi dari laki-laki. Dari waktu-ke waktu ,tuntutan untuk memperjuangkan posisi perempuan yang setara dengan laki-laki atau setidaknya perempuan diberi ruang untuk melakukan tugas-tugas kemanusiaan dan kebaikan yang proporsional dengan laki-laki meningkat. Sebenarnya di Indonesia, kesetaraan gender sudah sangat baik, lihat saja Megawati, beliau seorang perempuan yang menjadi Presiden, sebuah sukses dalam peraihan karir yang paling tinggi di negeri ini. Ada Rini Suwandi seorang professional handal yang menjabat sebagai menteri Perdagangan. Sangat mengherankan bahwa kaum feminis Indonesia tidak merasa terwakili oleh prestasi yang diraih mereka ini. Dilain sisi ada banyak sekali wanita karir di Indonesia yang merangkap menjadi ibu tetapi sukses dalam pekerjaannya. Profil-profil tersebut sudah menggambarkan bahwa perempuan mempunyai andil hebat dalam politik dan perekonomian Negara Indonesia.

Secara politik proses keterlibatan perempuan diformalkan dalam bentuk UU,misalnya terdapat dalam UU No.2 tahun 2011 tentang partai politik dinyatakan dengan jelas mengenai quota perempuan dalam kepengurusan partai politik, demikian pula dalam UU No.8 tahun 2012 tentang pemilu disebutkan bahwa calon anggota legislatif (caleg) yang diajukan partai politik harus memenuhi quota 30% perempuan. Pasca pemberlakuan UU No.2/2011 dan UU No.8/2012 telah membuka ruang bagi peran-peran sosial politik dan kemanusiaan perempuan yang lebih luas, meski keterwakilan di lembaga-lembaga resmi negara belum begitu memuaskan, tetapi peran sosial kemanusiaan semakin intensif dilakukan oleh berbagai gerakan sosial kemanusiaan.

Pada masa awal kemerdekaan, kaum perempuan sebenarnya telah mengalami proses sosio politik yang lebih bermartabat dengan tersedianya berbagai wadah yang memungkinkan mereka dapat memainkan peran-peran sosial kemanusiaan dan bahkan aktifitas dalam bidang politik.misalnya ,setiap partai politik menyediakan wadah otonom bagi kaum perempuan ,ada yang berafiliasi dengan PNI,Masyumi,PKI,PSI dan partai politik lainnya.

Gerakan perempuan yang beragam telah melahirkan berbagai pola gerakan dan agenda yang diperjuangkan,secara umum memiliki kesamaan yakni menuntut keterlibatan perempuan pada ranah publik secara lebih baik,peningkatan kualitas kaum perempuan dalam pemberdayaan dan pendidikan ,berkembang organisasi perempuan baik yang berhaluan kebangsaan dan juga islami.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun