Mohon tunggu...
Nanik Srisunarni
Nanik Srisunarni Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Psikologi Islam UIN Surakarta

Mahasiswa Psikologi Islam UIN Surakarta

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dewasa Awal dan Konflik Masa Depan

10 Agustus 2021   18:58 Diperbarui: 10 Agustus 2021   19:18 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa dewasa awal adalah sebuah periode peralihan seseorang dari masa remaja. Secara umum dewasa awal dimulai dari usia 20 tahun hingga 40 tahun. Namun menurut Harlock usia dewasa awal diperkirakan dimulai dari usia 18 tahun hingga 40 tahun. Sedangkan menurut Erikson dewasa awal dimulai dari usia 19 tahun hingga usia 30 tahun.

Berbicara soal masa dewasa awal tentu kita dihadapkan pada persoalan kemanakah kita akan melangkah ke masa depan ? Tentu hal ini memicu tekanan tersendiri bagi sebagian orang terutama mereka yang tidak memiliki identitas diri (Self Identity), yaitu pemahaman akan identitas atau gambaran khas mengenai siapa dirinya. Berbeda dengan mereka yang sudah memiliki identitas diri yang kuat, mereka akan cenderung memiliki rasa optimis dalam menghadapi masa depan.

Lalu, seperti apakah optimis yang dimksud disini ? Optimis yang dimaksud adalah memiliki keberanian untuk selalu berubah menjadi lebih baik, berani mengambil resiko, berorientasi masa depan (futuristik), haus akan pengetahuan dan pengalaman baru dan masih banyak lagi. ,Sikap optimis dalam menghadapi masa depan ini bukanlah suatu bawaan lahir melainkan sesuatu yang dibentuk dan dikembangkan. 

Baik dengan cara memotivasi diri sendiri untuk selalu semangat, atau dengan cara bergaul dengan orang lain sebanyak mungkin melalui organisasi atau komunitas yang memiliki nilai positif. 

Diantaranya yaitu organisasi kemahasiswaan, Unit Kegiatan Mahasiswa, Komunitas-komunitas (contoh : Gerkatin, Komunitas Cinta Bangsa, Komunitas Seni, Komunitas menulis, dll) dan berbagai kegiatan lain yang bermanfaat.

Setelah seseorang menjadi optimis maka ia akan dapat memandandang berbagai cobaan dan hal-hal yang tidak ia harapkan sebagai suatu tantangan. Ia pun kan mampu mengeksplor banyak pengalaman dan mampu melatih daya juang dalam memecahkan masalah.

Selanjutnya ia akan memandang masa depan sebagai sesuatu yang menantang dan harus dilalui dengan rasa percaya diri dan bahagia. Maka dari itu kita perlu memiliki identitas diri yang kuat agar kuat pula keberaian dan kemantapan kita menyongsong masa depan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun