Mohon tunggu...
Nani E.
Nani E. Mohon Tunggu... Guru - PENGAJAR

menikmati hidup seperti air mengalir

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

1.4.a.8 Koneksi Antar Materi - Modul 1.4

20 Desember 2022   15:26 Diperbarui: 7 Juli 2023   13:00 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

1.4.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.4

https://youtu.be/tnpXQnDlaBs

Setelah mempelajari Modul 1, mulai dari modul 1.1 tentang filosofi dan pemikiran KHD, modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak, modul 1.3 tentang visi guru penggerak, dan modul 1.4 tentang budaya disiplin positif, saya menyadari bahwa menjadi seorang pendidik memiliki peran besar untuk menuntun seorang anak untuk menemukan kebahagian dan keselamatan dirinya sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Peran saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah adalah melalui wujud tindakan aksi nyata sehari-hari. Berusaha memaksimalkan upaya dalam pengajaran dan pendidikan seperti; terus melakukan pendekatan pedagogik terhadap kebutuhan murid, berupaya mengutamakan dialog dalam proses pengajaran, inovasi pembelajaran untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi murid untuk mengembangkan keterampilan abad 21 yang penting bagi mereka, dan lain sebagainya. 

Dalam melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid, saya memberikan projek individu maupun kelompok sesuai dengan materi pembelajaran. Projek antara siswa satu dengan lainya bisa berbeda, tergantung dari bakat minat yang dimiliki anak, tetapi masih dalam batas- batas yang ditentukan berdasarkan pokok bahasan materi pembelajaran. Karena projek antar siswa bisa berbeda maka saya harus berkomunikasi dan berkolaborasi dengan rekan guru serumpun, kabeng, kaprogli, wali kelas, tim kurikulum dan sarpras terkait dengan alat dan bahan, serta waktu untuk mengerjakan projek tersebut.

Refleksi

Guru dalam melakukan aktivitas menuntun murid hendaknya menerapkan 5 nilai yaitu berpihak pada murid, mandiri, reflektif, kolaboratif, dan inovatif. Melalui 5 nilai tersebut diharapkan mampu mewujudkan profil pelajar pancasila yaitu pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila.

Profil pelajar pancasila menjadi acuan profil yang diharapkan dapat terwujud dalam pribadi seorang pelajar yaitu pelajar yang memiliki 6 dimensi karakter sebagai berikut 1) Beriman, Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia, 2) Berkebhinekaan Global, 3) Bergotong Royong, 4) Kreatif, 5) Bernalar kritis, dan 6) Mandiri. Seorang guru hendaknya mempunyai visi untuk mewujudkan hal tersebut.

Visi merupakan mimpi, harapan, dan cita-cita yang ingin diwujudkan, sehingga dalam bertindak dapat terarah karena semata untuk mewujudkan visi. Visi dapat dikembangkan melalui pendekatan inkuiri apresiatif yaitu dengan manajemen berbasis kekuatan dengan mengelola dan mengembangkan seluruh aset dan potensi-potensi yang ada untuk dicari kekuatan yang dapat dimanfaatkan, sehingga menjadi kekuatan positif untuk mewujudkan visi. Metode yang dapat digunakan antara lain adalah metode BAGJA yaitu singkatan dari Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, dan Atur eksekusi.

Disiplin positif, Nilai Kebajikan dan Keyakinan Kelas, merupakan pendekatan mendidik siswa untuk melakukan kontrol atau dorongan dan pembentukan kepercayaan diri. Disiplin positif atau budaya positif menjadi salah satu komponen utama yang dapat mewujudkan visi, oleh karena itu, budaya positif perlu dikembangkan dengan baik di lingkungan sekolah. Budaya positif dapat terwujud dengan adanya kerjasama dan kolaborasi oleh seluruh warga sekolah.

Menurut Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School Discipline (1998) terdapat 5 posisi kontrol yang dapat dilakukan untuk menerapkan kedisiplinan murid yaitu Penghukum, Pembuat Orang Merasa Bersalah, Teman, Monitor (Pemantau) dan Manajer. Adapun guru seharusnya mengambil posisi sebagai manajer dalam menerapkan kedisiplinan agar murid merasa nyaman dan dapat memperbaiki perilaku manakala melanggar kedisiplinan yang telah menjadi keyakinannya.

Konsep disiplin positif yang berdasarkan pada teori kontrol dimana dinyatakan bahwa ada suatu tujuan dibalik sebuah perilaku manusia. Kita juga percaya bahwa murid memiliki 'tujuan' dibalik perilaku mereka, salah satunya adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Lima kebutuhan dasar hidup yaitu (1) kasih sayang, (2) rasa diterima, (3) penguasan, (4) kebebasan, dan (5) kesenangan.

Bagi murid yang melakukan pelanggaran guru dapat melakukan restitusi. Restitusi merupakan proses menciptakan kondisi bagi siswa untuk memperbaiki kesalahan mereka sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka dengan karakter yang lebih kuat. 

Restitusi dilakukan melalui 3 alur yang disebut segitiga restitusi yaitu, 1) menstabilkan identitas, yaitu proses di mana guru berusaha mengembalikan dan menyeimbangkan mental murid dari kegagalan identitas karena melakukan kesalahan, 2) validasi tindakan, yaitu untuk mengungkap alasan tindakan dilakukan dan mengambil solusi terbaik yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kesalahan, dan 3) menanyakan keyakinan, yaitu proses guru mengingatkan kembali keyakinan kelas yang telah disepakati sehingga murid dapat sadar dan siap menjalankan keyakinan kelas kembali.


Hal yang menarik bagi saya dan di luar dugaan adalah tentang hukuman dan penghargaan. Saya sering sekali menerapkan kedisiplinan dengan hukuman dan memberi penghargaan bagi siswa yang berprestasi. setelah mempelajari modul ini dua hal tersebut bukanlah hal yang baik untuk diterapkan.

Perubahan yang terjadi pada saya dalam setelah mempelajari modul ini

Bahwa untuk menumbuhkan budaya positif disekolah diperlukan kerjasama dari semua pihak baik dari siswa maupun guru. Jika ada murid yang melakukan pelanggaran disiplin dan bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan hal tersebut sebenarnya karena tidak terpenuhinya kebutuhan dasar mereka, maka saya harus bertindak bijak dengan mengambil peran control dan melakukan restitusi.

penerapan konsep dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas dengan melakukan kenyakinan dan kesepakatan kelas, Saya merasa senang sekali karena murid-murid menjadi lebih dekat dengan saya.

Setelah menerapkan beberapa konsep budaya positif, hal yang sudah baik yaitu antusias murid dalam membuat keyakinan kelas yang menunjukkan telah ada motivasi instrinsik dalam diri murid untuk menerapkan disiplin positif. Adapun yang perlu diperbaiki adalah menjaga konsistensi murid dalam menerapkan keyakinan kelas.

Sebelum mempelajari modul ini, dulu saya sering memposisikan diri sebagai teman. Perasaan saya saat itu saya senang karena murid-murid akrab dan berlaku baik ketika bersama saya dan saya kira juga kepada guru yang lain, ternyata kepada beberapa guru yang lain sikap mereka berbeda.

Setelah mempelajari modul ini saya berusaha mengambil posisi manajer dan perasaan saya sekarang lebih nyaman karena murid mulai menunjukkan kesadaran bahwa berperilaku baik adalah keharusan diri, bukan karena bersama siapa.

Perbedaan yang saya rasakan adalah dari awalnya senang karena murid akrab dan berkelakuan baik karena adanya saya, sekarang saya senang karena murid berkelakuan baik karena kesadaran dalam dirinya.

Secara utuh menerapkan segitiga restitusi belum pernah, namun sebagian langkah sudah pernah saya lakukan yaitu menstabilkan identitas dan validasi tindakan. Yaitu mendengarkan permasalahan yang dihadapi siswa,. Meredakan emosi murid ketika melakukan kesalahan dengan mengajak bicara terhadap perasaannya dan tidak menanyakan kesalahan tetapi mencari solusi. Menganggap bahwa manusia melakukan kesalahan merupakan hal yang wajar selanjutnya pembicaraan saya arahkan untuk menggali mengapa ia melakukan tindakan tersebut

Hal lain yang penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif di lingkungan kelas maupun sekolah adalah langkah-langkah dalam menerapkan budaya positif sekolah dengan menciptakan kolaborasi dan kerjasama semua warga sekolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun