Mohon tunggu...
nang arsadi saputra
nang arsadi saputra Mohon Tunggu... -

i love my Father

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Wawancara Mengenang Kepergian Paijo "SI Bayi Besar"

14 Februari 2012   08:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:40 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_170954" align="alignnone" width="560" caption="Wawancara Paijo usai mandi pagi "][/caption]

Wawancara Bayi Terbesar didunia “Paijo”…

Aku : Selamat pagi ?

Bayi Gajah: Pagi, Om ini siapa yach…?

Aku: bukan siapa-siapa, pengen kenalan sama kamu, boleh?

Bayi Gajah: Hmm…boleh, tapi aku gak dibawakan Om ?

Aku: Maksudnya, dibawa kemana adik Gajah ?

Bayi gajah: Emm…Saya takut dibawa jauh oleh pemburu, om ?

Aku: Oh, gak kok dik jangan takut. Aku Cuma pengen kenalan aja sama kamu, lagian kamu

Aman kok disini.

Bayi Gajah: Terima kasih Om

Aku: Nama kamu siapa, kok muka kamu luka – luka begitu ?

Bayi Gajah: Saya Paijo, kata orang-orang kampung, saya 3 hari lalu baru terjatuh dari atas

Tebing itu, om.

Aku: Memangnya Ibu kamu kemana, kok kamu bisa terjatuh ?

Paijo: Hmm…hu..huu..huuu… ( menangis sedih )

Empat Tahun sudah Paijo Pergi…

Paijo adalah Bayi gajah yang baru saja berumur 3 bulan, Akibat ulah pemburu serta tangan kotormanusia perusak lingkungan. Paijo dan Ibunya jadi korban kebiadapan mereka, beruntung bayi gajah ini bernasib bagus. Seperti layaknya bayi, Paijo masih butuh belaian kasih sayang ibunya. Namun ini tak dirasakan paijo. Sementara Ibunya hingga saat ini belum diketemukan, tak ada yang tahu keberadaanya.

Pertengahan April 2006 di kawasan TNNBS Wilayah Bengkunat Lampung barat. Bayi gajah ini ditemukan seorang warga pada hari jumat pahing, dalam kondisi tak sadarkan diri dan luka disekujur tubuhnya. Bayi gajah berusia 3 bulan itu, dibawa untuk diberikan pertolongan. Alhamdulillah bayi gajah ini tertolong dari maut. Untuk memberikan penghargan kepada pak Ponijo atas jasanya. Penduduk setempat memberikan nama bayi gajah itu Paijo, disesuaikan nama penemunya dan waktu diketemukannya.

Sebulan Paijo berada di perkampungan penduduk, akhirnya atas kesepakatan wargapaijo diserahkan pada World Wildlife Fund (WWF) salah satu lembaga konservasi lingkungan hidup dan satwa, Wilayah kerja Bengkunat Lampung barat. 4 bulan waktupun berlalu, keadaan fisik Paijo kian membaik, namun kondisi mentalnya yang turun drastis. Rencananya jika kondisi Paijo pulih seperti sediakala. Tim WWF akan memindahkan kehabitatnya namun terlebih dulu paijo akan ditempatkan kelokasi konservasi di Cangguk untuk mendapatkan pelatihan kepada Paijo.  Kelak Paijo dapat bertahan hidup di habitatnya yang asli.

Waktu berjalan seiring bertambahnya usia Paijo, namun Sang Pencipta punya Skenario lain. Akhirnya Paijo menutup lembar hidupnya yang terakhir. Paijopun pergi meghadap Sang Pencipta. Dengan membawa kenangan tersendiri,mungkin ini hal terbaik bagi Paijo. Bila Hidup pun harus terpisah dengan orang tuanya, sebatang kara di belantara.

Semoga tak ada lagi paijo lainnya, yang jadi korban ulah Pemburu. Selamat jalan Paijo, semoga dirimu menemukan kebahagian yang kau idamkan semasa hidupmu. “kau adalah bayi mungil kami… Selamat jalan Paijo, namamu akan terus bersemayam, kami senang dirimu pernah menjadi bagian keluarga kami, walapun singkat, ”dari kami sahabatmu semua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun