" Potret Kehidupan Orang pinggiran bertahan hidup" Cerita pinggiran Kota, seorang renta berumur lebih setengah abad, dengan 6 cucu, 4 orang anak yang kini menjanda. Panggil saja Mak Sawenah, wajah yang keriput menggendong bakul dengan kain dibelakangnya, kini telah beranjak sebelum pagi datang menjemput matahari. Melangkah pasti lewati 2 hingga 4 kampung menuju kampung atas angin (Tempat Pembuangan sampah), dimana tersebar kangkung yang akan dia ambil untuk menyambung hidupnya hari ini." Bissmilahirohmanirrohim...Yaa Allah mudah-mudahan tidak terhanyut kangkungnya terbawa banjir semalam," harap Mak Sawenah. Belum lagi Orang-orang memulai aktifitasnya pagi ini. Diapun telah bercampur peluh diwajahnya yang nampak keriput, walaupun hari ini hujan deras. tujuh langkah lagi, mak Sawenah tiba dilokasi, tempat dimana kangkung tersebar persis dibawah perkampungan kardus milik para pemulung." Mak...mak...mampir dulu sarapan, kan masih terlalu pagi, masih gelap mak, licin lagi," ajak ibu setengah baya yang keluar dari rumah kardus. " ya makasih neng...takut kesiangan, lain kali aja," jawab mak sawenah sambil berlalu menuju bawah bukit, tempat dimana tersebar kangkung-kangkung liar tersebut. Wanita tua ini langsung saja menurunkan bakulnya dan memulai rutinitasnya. Sepuluh ikat sudah Ia kumpulkan untuk dibawanya nanti kepasar, 1 ikat kangkung mak Sawenah jual seharga Rp. 1.000,- cukuplah untuk membeli 1 liter beras. Jika 10 ikat terjual habis, mak Sawenah bisa membawa uang Rp.10.000,-. Patut acungkan jempol bagi nenek 7 cucu ini, dalam bertahan hidup ditengah ganasnya zaman. Mak Sawenah tak pernah mengharap jatah beras raskin, hingga saat ini Ia tak pernah menerimanya. Ini adalah inspirasi kita semua, seorang renta bertahan hidup demi menafkahi 7 cucu dan 4 orang anaknya. Yang dia tahu mencari kangkung dan menjualnya kemudian Ia belikan beras untuk makan keluarganya. Itulah rutinitasnya yang telah dijalaniNya 11 tahun (@ Frame Kaum Miskin pinggiran_ n@ [caption id="attachment_170226" align="alignnone" width="320" caption="Semangat yang tak pernah kendur dalam menaklukan ganasnya hidup"][/caption] ng).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H