Mohon tunggu...
Nandy Septiharyana
Nandy Septiharyana Mohon Tunggu... Freelancer - Hola!

Bismillah

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Hyperreality: Indahnya Hidup di Dunia Instagram

6 November 2020   08:03 Diperbarui: 6 November 2020   17:52 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hyperreality menggambarkan tentang efek media yang semakin berkurangnya tingkat menempatkan individu antara yang nyata dan virtual, realita dan bayangan. Individu semakin menjauh dari dunia realita menuju dunia virtual. Media sudah bukan lagi sebagai cerminan kenyataan, tetapi sudah menjadi kenyataan itu sendiri, bahkan apa yang ada di media lebih nyata dari realitas itu sendiri.

Penelitian tentang hyperreality dalam media sosial Instagram dan hubungannya terhadap masyarakat. Hyperreality ini bisa terjadi karena adanya perekayasaan makna di dalam media. Pada Instagram inilah kita akan menemukan banyak pengguna yang memposting foto atau video makanan, barang-barang branded atau rumah makan yang sedang hitz untuk mempertahankan keeksistensinya pada kelompok tertentu. Tujuan utama dari sebuah objek menjadi tidak lebih penting daripada gambaran objek itu sendiri, atau tujuan lain untuk pamer.

Banyak sekali konten- konten di Instagram membuat orang-orang yang melihatnya merasa ingin menjadi orang yang ia lihat atau seperti selebgram konten Instagram tersebut, seperti kehidupannya yang enak serba mewah, menjadikan masyarakat berhalusinasi untuk menjadi kaya tanpa adanya usaha dan kerja keras. Konten-konten di Instagram juga membuat orang yang kalau tidak bisa mengontrol diri bisa membeli apapun yang ditampilkan, menjadi bersifat konsumerisme, membeli barang-barang yang tidak terlalu penting, seperti menjadi candu.

Semua yang ditampilkan seseorang pada akunnya di Instagram yang kehidupannya terlihat sangat mewah  yang selalu ia perlihatkan, atau mungkin ada sebagaian orang yang kehidupan di Instagram sangat berbeda dengan kehidupan yang sebenarnya, agar terlihat mewah di Instagram sampai melakukan berbagai cara. Sampai ia lebih senang ketika berada di dunia Instagram daripada di kehidupan nyata diluar Instagram, membuat masyarakat mengamalami ketidakmampuan kesadaran untuk membedakan kenyataan dan fantasi sehingga kebenaran, keaslian, kepalsuan, fakta, atau kebohongan sangat sulit untuk dibedakan. Dunia Instagram sudah seperti dunia nyatanya, merasa dirinya terus hidup di dunia Instagram. Instagram for life.

Dramatisasi yang dilakukan melalui alur yang penuh rekayasa, dikendalikan oleh pemilik akun Instagram yang mempunyai cerita tertentu, yang akhirnya menjadi mustahil membedakan yang nyata dari yang sekedar konten. Tidak ada lagi realitas yang ada hanyalah hiperrealitas. Seperti halnya di Instagram story yang menampilkan kegiatan keseharian yang mewah, makan-makanan mewah, makan cantik merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan dengan maksud dan tujuan tertentu.

Hasilnya banyak orang-orang yang merasa insecure terhadap kehidupan atau gaya hidup dari orang-orang yang ia lihat di Instagram, rasa insecure ini membuat orang menjadi kurang bersyukur. Padahal belum tentu juga apa yang ia lihat di Instagram itu seindah dengan realitanya. Seperti lirik lagu Ekspektasi oleh Ocan Siagian ft. Okin “Postingannya dengan yang aslinya berbeda.”

Dampak yang dihasilkan dari hyperreality adalah adanya kepercayaan masyarakat terhadap kenyataan yang sebenarnya bukan kenyataan. Pembodohan atas realitas ini menghasilkan pola budaya yang mudah meniru apapun yang dilihatnya sebagai sebuah kenyataan di media Instagram diterapkan dalam kehidupan keseharian. Serta terbentuknya pola pikir yang serba instan apapun mudah didapatkan, membentuk manusia yang segala sesuatunya ingin cepat saji, tanpa mau berusaha keras. Keinginan untuk hidup glamour seperti orang yang ada di Instagram.

Keadaan dari hyperreality ini membuat masyarakat modern menjadi berlebihan dalam pola mengkonsumsi sesuatu yang tidak jelas esensinya. Lebih ke menghambur-hamburkan uang untuk tampil keren di Instagram. Kebanyakan dari masyarakat ini mengkonsumsi bukan karena kebutuhan ekonominya melainkan karena pengaruh model-model dari simulasi yang menyebabkan gaya hidup masyarakat menjadi berbeda. Mereka jadi lebih fokus dengan gaya hidupnya dan nilai yang mereka junjung tinggi. Masyarakat juga menjadi lebih senang mendapatkan teman dari Instagram dan berinteraksi di Instagram, ketimbang dikehidupan nyatanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun