Masalah tayangan yang tidak bermutu akhir-akir ini menjadi isu yang tidak dapat di kesampingkan lagi. Indonesia seakan kekurangan tayangan yang mengandung unsur edukasi. Tayangan televisi seharusnya menjadi cerminan dari sebuah kebudayaan yang ada di mana tayangan tersebut tayangkan.Namun jika kita melihat tayangan yang ada di televisi saat ini banyak sekali acara yang tidak sama sekali mencerminkan realitas kebudayaan yang ada di Indonesia. Banyak acara ditelevisi yang tidak berkualitas dan tidak bermutu. Hanya mengandalkan cerita-cerita yang membahas soal percintaan ataupun acara yang hanya berisi lawakan antar host yang hanya di mengerti oleh mereka yang memandu acara tersebut, serta acara yang berisi ledekan-ledekan antar teman. Indonesia seakan kehilangan jati dirinya dan terlihat tidak percaya diri dengan kebudayaan yang ada di Indonesia.
Berbeda sekali dengan tayangan di era 90-an ketika masih banyak tayangan yang berkualitas misalnya saja acara untuk anak-anak yang memang dikemas baik untuk mereka seperti “Lenong Bocah” dan “Rumah Cemara” bagaimana seorang anak akan bekerja keras untuk mencapai cita-citanya dan keluarganya, namun jika melihat tayangan di televisi sekarang,malah anak-anak terlihat lebih sibuk untuk mencari cinta monyetnya dibandingkan pendidikannya contohnya dalam sinetron Coboy Junior Hanya Kamu 2 dan Siti Bling Bling yang pernah tayang di RCTI terlihat dalam tayangan tersebut anak-anak dan remaja bukannya bersaing untuk pendidikan mereka melainkan bersaing untuk cinta mereka yang sebenarnya belum pantas di usia mereka . Sebenarnya siaran tersebut jelas diatur pada Pedoman pelaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) BAB X tentang perlindungan anak-anak dan remaja dan dalam pasal 15 dan 16 jelas diatur bahwa “program siaran wajib memperhatikan dan melindungi kepentingan anak dan atau remaja “. Meskipun program tersebut telah selesai namun sinetron tersebt sempat tayang sampai 20 an episode, jumlah ini termasuk banyak karena dari awal sebenarnya program tersebut tidak baik tapi entah mengapa dari awal penayangannya tidak langsung di hentikan.Apakah sebenarnya anak anak Indonesia membutuhkan tayangan sinetron tersebut? Jawabannya sama sekali TIDAK.
Membahas mengenai siaran di televisi yang berdampak negatif tidak akan ada habisnya. Televisi kita saat ini memang banyak sekali di dominasi oleh acara-acara yang tidak bermutu ditandai dengan munculnya acara-acara talkshow yang sebenarnya ditonjolkan dalam acara tersebut hanyalah lawakan-lawakan para host yang tidak jelas yang hanya membahas masalah pribadi seorang narasumber diantaranya masalah perceraian, perkelahian , dll dan hal tersebut dilakukan dengan sesuka hati membuka habis-habisan masalah pribadi si narasumber tanpa adanya persetujuan sebelumnya.Hal ini jelas melanggar Pedoman pelaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3SPS) mengenai mengenai penghormatan terhadap hak privasi pada bab IX pasal 13 ayat 1 “ Program siaran wajib menghormati hak privasi dalam kehidupan probadi objek isi siaran” dan pasal 14 ayat 7 “tidak menjadikan kehidupan pribadi sebagai objek yang disiarkan sebagai bahan terawaan dan/ atau bahan cercaan”. Sebagai contohnya pada salah program di televisi nasional yaitu “P***ukers”, para pengisi acara bebas mencela teman ataupun bintang tamu mereka tanpa melihat banyak orang sedang menonton mereka. Apakah itu cerminan dari budaya Indonesia? Yang suka untuk meledek dan mencerca sesama mereka? Dan dimana etika seorang pembawa acara,yang hanya bisa menanyakan persoalan pribadi narasumber yang tidak ada sangkut pautnya dengan kepentingan publik?
Apakah kita kehilangan orang-orang yang cakap di negri kita sendiri ? Anehnya lagi adalah ketika host ataupun pembawa acara yang ada di beberapa program acara adalah orang-orang yang sama .Jika pagi memandu acara A maka malam di acara B dengan stasiun TV yang berbeda.Indonesia adalah negara yang orang-orangnya mempunyai kreatifitas yang tinggi. Namun untuk tayangan televisi sendiri seakan anak-anak Indonesia kehilangan kreatifitasnya.Mereka terlihat kekurangan bahan acara agar bisa menarik perhatian penonton dengan membuat hal bodoh dan konyol sekalipun.
Sudah saatnya Indonesia bisa merombak tayangan-tayangan yang berdampak negatif dan menggantinya dengan acara-acara yang lebih edukatif. Maka sangat disayangkan sekali jika acara-acara tersebut masih ditayangkan di stasiun televisi Indonesia dan malah mempunyai rating yang tinggi. Bukannya mendidik dan mengajak untuk berbudaya tapi malah merusak moral bangsa.Meskipun begitu masih ada saja perusahaan yang mau mengisinya dengan iklan produksi mereka.Semoga masyarakat kita semakin bijak dalam memilih tontonan mereka sehingga tidak dibodoh-bodohi dengan siaran yang tidak mendidik. Serta pemerintah pun tanggap dalam menghadapi masalah tersebut termasuk peran Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang dimaksimalkan sebagai lembaga yang mengontrol tayangan televisi di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H