Mohon tunggu...
Nanda Setiyono
Nanda Setiyono Mohon Tunggu... Mahasiswa Broadcast Communication

Bergerak-Bergerak-Berdampak.

Selanjutnya

Tutup

Film

Review Film 'Bila Esok Ibu Tiada', Mengundang Haru yang Mendalam

15 November 2024   08:54 Diperbarui: 15 November 2024   09:04 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster Film 'Bila Esok Ibu Tiada'/ Era.id

Keluarga adalah tempat dimana kita banyak belajar, dari mulai kebersamaan hingga kasih sayang. Peran keluarga sangat penting bagi setiap insan untuk menjadi tempat ketentraman dan kenyamanan . Tak jarang banyak para orang yang mengalami rasa kehilangan keluarga karena terlibat berbagai hal layaknya Broken Home. 

Salah satu anggota keluarga yang besar perannya adalah ibu. Dari mulai dirinya melahirkan anaknya, mengasuh, hingga merawat anaknya sampai dewasa. Akan tetapi, banyak para anak yang lupa peran dan jasa ibu selama membesarkannya. Ketika sudah mulai beranjak dewasa mereka seakan-akan lupa pada ibunya dan mulai sibuk dengan kehidupannya.

Seperti pada film 'Bila Esok Ibu Tiada' yang di sutradarai oleh Rudi Soedjarwo yang mulai tayang di bioskop kemarin tanggal 14 November 2024. Film yang sangat mengundang haru yang mendalam, karena menceritakan seorang ibu yang merasa kesepian karena ditinggalkan oleh anak-anaknya yang sibuk dengan kehidupan mereka. Siapa yang tidak menangis jka diingatkan tentang seorang ibu?. Film yang diperankan oleh Christine Hakim, Adinia Wirasti, Fedi Nuril, Amanda Manopo, dan Yasmine Nepper. Pada film ini kita diajak mengingat betapa pentingya waktu kita untuk orang tua, khususnya Ibu. Meski kesibukan yang sedang kita lakukan, luangkan waktu kita untuk bertemu dengan ibu. 

Pada scene awal kita dilihatkan oleh gambaran keharmonisan kelurga Ibu Rahmi. Keharmonisan ini terjadi ketika suaminya masih hidup. Bercanda bersenda gurau dengan keempat anaknya. Kenyamanan dan ketentraman sangat terasa pada keluarga mereka. Bahkan suaminya yang tak lagi muda masih bisa membuat lelucon-lelucon yang menjadikan tawa mereka.

Tiga tahun kemudian, setelah suaminya wafat ibunya merasa kesepian. Selain sedih karena ditinggal suaminya, ibu Rahmi juga merasa kesepian karena keempat anaknya sudah dewasa dan sibuk dengan kehidupannya masing-masing. Ranika anak pertamanya sibuk di perusahaannya yang akan launching sebuah produk baru. Kemudian Rangga yang masih sibuk di depan komputer membuat demo lagu. Anak ketiganya Rania sedang sibuk dengan actingnya dan si bungsu Hening sibuk dengan kuliah dan pergaulannya.

Hingga pada hari itu juga bertepatan dengan ulang tahun ibu Rahmi. Malam hari itu, terlihat pada raut wajahnya yang sedih karena tak ada satupun anaknya yang berada dirumah. Hanyalah adiknya tante Tessy yang bisa menemaninya pada malam itu dengan membawa tumpeng dan kue ulang tahun.

Kemudian tak lama malam semakin larut, Ranika yang mau berjalan pulang mendapatkan telpon dari tante Tessy yang memberitahukan padanya bahwasannya ibunya hari itu ulang tahun. Sontak dirinya kaget dan merasa sangat lupa kalau ibunya ulang tahun. Kemudian diperjalanan dirinya menelpon pada adik-adiknya jikalau ibu nya ulang tahun.

Satu persatu anak ibu Rahmi pulang pada malam itu, dengan membawa berbagai hadiah, makanan dan kue. Kemudian dengan rasa senang dari ibu Rahmi, para keempat anaknya diajak makan bersama. pada tengah makan bersama, si sulung Ranika bertanya kepada adiknya Rangga tentang pekerjaannya membuat demo musik. Aakan tetapi suasana menjadi cekcok karena pertanyaan dari Ranika tidak enak didengarkan. Kemudian si Rangga tidak melanjutkan makan pamit pulang pada ibunya. Rania pun ikut cekcok pada Ranika kakak sulungnya, karena si Ranika merasa paling besar dan merasa paling berkontribusi dalam keluarga, mengurus ibu hingga membiayai adiknya kuliah. Keadaan kemudian menjadi tenang karena ditenangkan oleh ibu dengan mengingatkan pada malam itu hari ulang tahunnya. Keluarga mereka menjadi tidak harmonis kembali pasca kejadian malam itu. 

Kemudian pada hari lusa ibu minta diantarkan kerumah sakit untuk cek kesehatan. Akan tetapi para keempat anaknya tidak ada satupun yang bisa mengantarkan, karena sibuk dengan pekerjaan dan kehidupan masing-masing. Hingga pada akhirnya si ibu berangkat sendiri ke rumah sakit. Selesai pengecekan, dokter memberitahu kepada si ibu bahwasannya penyakit yang di derita ibu ini sangat berat dan diharuskan tidak boleh melakukan hal-hal yang membuat kecapekan yang berlebihan. Di lain sisi Ranika kondisi selepas mabuk berjalan ke kamar hotel.

Selesai dari rumah sakit, si ibu tiduran di ranjang di temani oleh tante Tessy. Dirinya mengatakan dengan tangis pada tante Tessy untuk tidak memberitahu tentang penyakitnya pada keempat anaknya,dan dirinya mengatakan juga bahwasannya sudah lama sangat ingin ke pekalongan, akan tetapi keempat anaknya tidak ada satupun yang bisa meluangkan waktu untuk mengantarkannya. Hingga pada akhirnya dirinya memaksa Tante Tessy untuk memesankan tiket kereta dan dirinya berangkat sendiri ke pekalongan dengan kondisi penyakitnya. Pada saat scene ini sangat mengundang tangis, karena sang ibu yang sudah tak muda lagi kehilangan waktu dari anaknya dan berpergian jauh sendirian.

Hingga pada akhirnya malam itu Ranika pulang kerumah melihat rumah keadaan sepi. Kemudian dirinya masuk ke kamar ibu tidak ada sang ibu, dirinya mulai cemas dan melihat ada surat dari rumah sakit. Melihat surat tersebut dirinya kaget dan menelpon semua adik-adiknya. Mereka mulai tambah berseteru dan cek cok kembali, ditambah dengan tuduh saling menuduh kenapa tidak ada satu diantara mereka yang memberitahu informasi tersebut. Kemudian mereka berfikiran hanya tante Tessy yang dapat menjelaskan semua ini, dan dirinya yang mengetahui keberadaan dan keadaan ibu. 

Tak lama setelah tante Tessy menjelaskan, ibu pulang. Satu persatu dari mereka mulai memeluk ibu, dan kemudian ibu dipersilahkan istirahat karena kondisi ibu setelah capek pergi dari pekalongan dan penyakit yang ada pada dirinya.

Malam itu ketika istirahat ibu ditemani oleh anak bungsu nya, Hening. Pada lain sisi si Ranika sang aktor film berada di club malam, dengan keadaan sadar tetapi dirinya sedang menuntun temannya yang mabuk berat. Hingga pada akhirnya Ranika di perjalanan dengan temannya di tangkap polisi. Kakaknya Ranika di telpon langsung oleh kepolisian dan malam itu juga dirinya menuju ke kepolisian, adiknya mengetahui kepergian kakaknya dan kakaknya mengatakan akan ke kepolisian menemui Rania, dan mengatakan pada Hening untuk diam dan tidak mengatakan pada ibu. Kemudian pada saat itu pula sang ibu bangun di samping Hening untuk melakukan sholat Tahajud dan memerintahkan pada Hening untuk menyampaikan pada kakaknya Ranika menanyakan mau ikut sholat Tahajud atau tidak. Hening pun berpura-pura keluar dari kamar, dan sang ibu sendirian di kamar mandi berwudhu. Selepas wudhu ibu terpeleset dan jatuh, sontak Hening mengetahuinya langsung menghampiri ibu sambil berteriak histeris.

Ranika yang sedang perjalanan ke kepolisian, mendapatkan pesan dari adiknya langsung putar balik untuk pulang. Sesampainya dirumah, si sulung melihat dan menyentuh nafas ibu sudah tidak ada lagi. Disusul Rangga yang datang mereka mengetahuinya menangis histeris. Rasa kecewa yang mendalam bagi mereka ditinggalkan sang ibu.

Keesokan harinya, mereka berbicara tentang rencana pemakaman ibu. Rangga ,mengusulkan untuk segera dimakamkan siang saat itu juga, tetapi si Hening dan Ranika memikirkan Rania yang masih di kepolisian. Rangga tidak mau tau dan saat siang itu juga ibu segera dimakamkan.

Pasca pemakaman ibu, mereka pulang dan disisi lain si Rania yang masih di kepolisian dinyatakan tidak bersalah dan pulang. Sesampainya di rumah dirinya mulai kaget, karena di rumah banyak bunga ucapan duka cita. Drinya mulai menangis berjalan masuk rumah. Didalam rumah ada saudaranya, mereka hanya diam ketika melihat tangis yang sangat histeris dari Rania. Terjadi cekcok diantara mereka, si Rania merasa tidak dianggap karena tidak diberi tahu dan tidak di tunggu ketika pemakaman ibunya. 

Singkat cerita, ending dari cerita ini, pasca cek cok dan ditingal sang ibu mereka mulai mendapat titik terang. si Rangga datang ke rumah, membawa martabak kesuakaan kakaknya. Melihat kakaknya yang sedang disamping rumah sendiri melamun dihampiri olehnya dengan memberikan martabak kesukaannya. Ranika dan Rangga yang sebelumnya terlibat cekcok keduanya saling ramah kembali, layaknya saudara kakak beradik. Di belakang mereka terlihat kedua adiknya Rania dan Hening melihat mereka berdua kembali bersama dengan tersenyum. Tamat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun