Aku terima kertas itu sambil berfikir bahwa nomor telepon yang dia berikan beda perusahaan dengan nomor telepon milikku. Artinya bakal ada biaya pulsa yang mahal.
"Oh iya," jawabku sambil manggut saat melihat nomor di kertas itu. Akhirnya aku setuju, siapa tahu nanti dia setuju juga untuk jadi milikku. Hehe.
"Terima kasih bang."
Aku mengangkat kepala untuk membalas pujian sambil menatap wajahnya yang mempesona logika ku. Tapi dia ada di mana?
Aku kembali melihat keadaan sekeliling yang mendadak sepi. Kalau dia berlari pasti masih bisa di lihat karena posisi jalan terlihat rata. Kalau dia melompat ke sungai kecil atau berlari di sawah pinggir jalan raya ini, pasti ada suara orang terjun dan mampu terlihat oleh mata ku.
Bahkan motor dan mobil yang baru saja lewat tak tampak. Ke mana mereka?
Aku sadar, saat ini aku sendiri.
Hari bertambah gelap, angin berhembus bertambah kencang. Ku lihat keatas. Awan mendung bertambah hitam. Petir mulai terlihat. Suara gelegarnya membuat pekak telinga.
Aku harus segera bergerak agar tidak basah kuyup karena hujan deras. Aku baru seminggu merasa sehat setelah seminggu pula terkena demam. Namun langkahku mendadak terhenti ketika melihat. Benda yang mirip di ceritakan oleh gadis tadi.
Segera aku ambil handphone itu lalu berjalan cepat. Aneh, karena posisi telepon itu sama dengan posisi gadis itu berdiri. Apakah tadi hanya ilusi?
Ah nggak mungkin. Aku melihat jam di handphone ku. Ha! Sekarang jam enam sore?