VAR 'Bermata Dua'
Pengguanaan Teknologi VAR di kancah sepak bola Internasional, khusunya di Eropa, sudah cukup terkenal. Penyebab kepopulerannya bersifat paradoks.
Di satu sisi menjadi "mata Tuhan" yang melihat segala insiden yang kontroversial, khusnya pelbagai akting yang 'kekanakan', sehingga menguntungkan satu pihak. Sebut saja diving yang sering dilakukan oleh pesepak bola, gol offside , hand ball di kotak terlarang, dan sebagainya. Bagi salah satu club yang menjadi korban akting kontroversial itu VAR bak malaikat penyelamat yang datang sekejap saja. Dewi Fortuna sedang berpihak.
Namun, di sisi lain penggunaan VAR banyak menuai protes keras, khusunya datang dari tim yang menjadi korban dari keputusan VAR. Misalkan, gol Sterling pada semifinal Liga Champion ke gawang Spurs pada detik-detik terakhir laga.
VAR lalu rewel, di papan skor muncul tulisan horor "NO GOAL". Jelas kubu Manchester Biru sangat kecewa. Guardiola yang sebelumnya lari tak karuan mejadi lumpuh seketika. Lantas, banjir protes mengalir tiada henti. Naasnya, protes itu ibarat kicauan burung belaka. Tetap No Goal, Manchester Biru pulang dengan kepala tunduk. Terpakasa menerima kekalahan.
Kini, teknologi bermata dua itu akan digunakan di Indonesia, khususnya pada Piala Dunia U-20 2021 dan Liga 1 2021. Langkah transformatif menteri olahraga, M. Iriawan, bergerak cepat untuk memperbaiki mutu sepak bola di tanah air (bdk Kompas 29/11/19).
"Saya senang Indonesia di bawah kepengurusan baru federasi ikut ambil bagian dala mproyek VAR. Indonesia adalah salah satu motorik implementasi VAR di Asia Tenggara" kata direktur teknik IFAB (Fotball Asociation Board), David Elleray (bdk Kompas 29/11/19).
Kicauan Suporter?
Lantas bagi para pencinta sepak bola sendiri, yang setia menonton tim  kesayangan bertanding di tepi layar kaca, mungkin memiliki pandangan berbeda. Di satu sisi, sangat terbuka menerima kedatangan VAR.
Pasalnya, pesepak bola manja di kotak terlarang tim lawan akan ketahuan aktingnya. Boro-boro menipu wasit, toh "mata Tuhan" , VAR, akan menujukan fakta Yang sebenarnya. Dengan demikian, sepak bola di tanah air akan mengalami renaisance, kelahiran kembali sepak bola yang indah, bersih, dan menarik.
Namun, di sisi lain, akan menuai penolakan dari kaum sisnis. Kehadiran VAR akan membuat kegaduhan baru dalam sepak bola Indonesia. Belum kelar bentrok antar supporter, korupsi dalam kubu PSSI, masalah pengaturan skors, dan kecurangan lainnya. Kehadiran VAR akan menambah deretan masalah yang masih menumpuk.
Contoh lainnya, jika nanti VAR akan membatalkan gol klub A, tentu memantik emosi yang menyala-nyala dari kubu tim A, khusunya supporter anarkisnya. Dengan kekecewaan itu, tidak menutup kemungkinan mereka akan merusak pelbagai fasilitas yang ada, membakar benda-benda apa saja, hingga melalakukan bentrok dengan supporter B. Hal ini mungkin saja terjadi. Kira-kira seperti itu kicauan para penolak.
Dengan demikian, apakah pengunaan VAR di Indonesia nantinya kontroversial? Jelas penggunaan VAR akan menuai perdebatan terus menerus dari pihak pro maupun kontra. Akan tetapi, jawaban pasti kita tunggu saja. Hemat saya, kita butuh 'angin segar' dalam dunia sepak bola tanah air. Sekian dulu!