Pada suatu masa di negeri Antah Berantah, dua kakak beradik Ali dan Amir baru saja menyelesaikan pembangunan sebuah jembatan di atas sebuah sungai. Setelah menerima pembayaran terakhir, kedua ahli konstruksi tersebut kembali ke tempat usaha mereka bersama para pekerja.
Ali dan Amir terkejut melihat kereta kuda milik sang pemimpin negeri ada di halaman tempat usaha mereka. Segera mereka masuk ke ruang kerja mereka dan mendapati sang pemimpin ada di dalam bersama ajudannya.
“Assalamu Alaikum wahai Yang Mulia Ahmad Pemimpin Kami. Sekiranya apa yang bisa kami bantu untuk Yang Mulia?”
Ahmad Sang Pemimpin tersenyum dan menyalami kedua kakak beradik tersebut. Ali dan Amir mencium tangan Sang Pemimpin.
“Wa alaikum salam, ya Ali dan Amir bin Karim. Betapa senangnya aku melihat kalian berdua. Lihatlah usaha kalian begitu maju sekarang.”
“Terima kasih, Yang Mulia. Kami dibantu oleh para pekerja yang tak kenal lelah.”
“Duduklah, Nak. Aku yakin kalian baru saja melakukan pekerjaan lapangan yang melelahkan.”, ujar Sang Pemimpin. “Ada yang ingin kukatakan kepada kalian.” Ali dan Amir duduk dengan patuh.
“Aku, atas nama seluruh rakyat negeri ini mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kalian atas dibangunnya mesjid megah di tengah alun-alun ibukota. Semoga Allah membalas kebaikan kalian dengan pahala yang besar.”
“Aamiin. Terima kasih Yang Mulia.”
“Sekarang aku akan berangkat ke rumah orangtua kalian. Kalian mau ikut?”
“Aku akan ikut, Yang Mulia. Sementara Amir tetap di sini menjaga tempat usaha kami.” jawab Ali.