Pertama-tama saya ucapkan selamat kepada Pak Jokowi yang hari ini dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2012 – 2017. Semoga Pak Gubernur bisa mengurai benang kusut permasalahan DKI hingga tuntas sampai ke akarnya. Mengapa Jokowi bisa mengalahkan Foke yang notabene didukung oleh berbagai partai besar nasional? Sebagian dari anda mungkin menganggap bahwa kharisma dan curriculum vitae Jokowi sebagai walikota Solo adalah poin penting yang menyebabkan masyarakat Jakarta memilihnya. Itu benar. Tapi bagaimana semua orang bisa mengetahui prestasinya selama di Solo? Apakah ia menuliskan prestasinya itu pada selembar kertas, mengcopy-nya dan menempelkannya di berbagai tempat? Tentunya tidak. Ada satu pihak yang selama ini ikut membantu membangun kharisma-nya. Pihak itu adalah media. Hasil pertarungan antara Foke dan Jokowi membuktikan bahwa media memiliki kekuatan yang lebih besar daripada partai politik. Tim sukses Foke memang juga menggunakan media untuk mempopulerkan Foke, tetapi kontennya tentu sudah diatur terlebih dahulu oleh tim sukses tersebut. Hal yang sama juga dilakukan oleh tim sukses Jokowi. Perbedaannya adalah, pihak media sendiri juga melakukan kampanye untuk Jokowi yang isinya tidak diatur oleh siapapun selain editor mereka sendiri. Mereka menyampaikan sepak terjang Jokowi yang memang mengagumkan selama memimpin Solo secara rutin, bahkan sebelum Jokowi mencalonkan diri sebagai Gubernur DKI. Mengapa media begitu baik kepada Jokowi? Apakah media itu adalah kaum idealis yang bertindak tanpa pamrih apapun? Kita tahu bahwa partai itu memiliki agenda politik. Setiap tindakan yang dilakukan oleh partai, harus mendapatkan keuntungan politik. Bagaimana dengan media? Tentunya media juga memiliki agendanya sendiri. Tidak mungkin mereka bekerja tanpa pamrih (there’s no such thing as a free lunch).Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H