Senin malam (17/11) Jokowi secara resmi mengumumkan kenaikan BBM subsidi sebesar duaribu rupiah. Harga premium yang semula harganya Rp. 6.500 menjadi Rp. 8.500. Harga solar sebelumnya Rp. 5.500 menjadi Rp. 7.500. Harga ini efektif mulai pagi tadi pukul 00.00 WIB. Tak elak, sesaat setelah pengumuman perubahan harga ini banyak masyarakat mengantri di SPBU.
Pagi harinya, saat saya membuka akun media sosial saya, banyak yang mengeluh atas perubahan harga ini. Banyak yang menanyakan kenapa disaat harga minyak dunia turun, pemerintah malah menaikkan harga BBM? Hal ini memang benar, saat ini harga minyak dunia turun dikisaran 70 an Dollar Amerika per barelnya. Negara tetangga kita, Malaysia pun mengeluarkan kebijakan menurunkan harga BBM di negaranya.
Saya sebagai masyarakat dengan kelas ekonomi rata-rata, jujur, akan membebani biaya hidup saya. Pun mungkin demikan juga dengan anda. Untuk protes terhadap kenaikan BBM subsidi ini, silakan protes dan demo, asal tidak anarkis dan kelewat batas. Silakan menuliskan status di facebook atau di twitter anda. Ungkapkan kekesalan dan ketidaksetujuan anda atas kebijakan ini. Itu semua tidak dilarang dan merupakan hak asasi kita untuk menyatakan pendapat. Saya pribadi pun tidak setuju dengan ungkapan “beli rokok aja gak masalah, bensin naik 2000 aja koar-koar di facebook”. Saya sendiri sadar kenaikan harga rokok tidak akan berdampak pada kenaikan harga-harga bahan pokok lain. Sementara dengan kenaikan harga BBM pasti akan disusul dengan kenaikan harga bahan pokok lainnya. Alhasil, daya beli masyarakat turun, inflasi meningkat disusul dengan bertambahnya angka kemiskinan di Indonesia. Ya, itulah rantai dari kenaikan harga BBM yang memang harus dilalui kalau tidak ada antisipasi dari pemerintah.
Lha terus apa yang harus kita lakukan, menyikapi kenaikan harga BBM ini? Saya bukan ahli ekonomi, tapi setidaknya saya ingin mengajak kita semua menyikapi kebijakan ini dengan sikap positif. Artinya kita harus percaya dan yakin Jokowi menaikkan harga BBM ini memang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia dalam jangka panjang. Kita harus mau sedikit berkorban untuk menghemat pengeluaran kita sehari-hari, dan berhemat dalam penggunaan kendaraan pribadi kita yang membutuhkan asupan BBM. Atau setidaknya kita harus punya pemasukan diluar gaji yang kita terima tiap bulan.
Kita harus yakin pengalihan subsidi BBM yang tegolong besar (kurang lebih 200 an Trilyun rupiah) bisa dialihkan untuk memperbaiki infrastruktur dan hal-hal produktif lainnya. Coba anda pikirkan, uang 200 T yang sebelumnya untuk subsidi BBM kita, apakah tepat sasaran? Cara sederhananya, coba anda lihat siapa yang mengantri di SPBU premium atau solar yang disubsidi? Kebanyakan mobil mewah khan? Ini menandakan bahwa subsidi BBM ini tidak tepat sasaran. Jadi alangkah baiknya kalau dana subsidi untuk BBM dikurangi dan dialihkan untuk hal-hal produktif lainnya. Sebagai contoh, untuk modal Usaha Mikro Kecil dan Menengah dan industry kreatif lainnya, menambah sarana kesehatan, beasiswa murid yang tergolong kurang mampu, untuk program KIP (Kartu Indonesia Pintar), KIS (Kartu Indonesia Sehat), KKS (Kartu Keluarga Sejahtera) perbaikan sarana Irigasi, perbaikan jalan, dan tentunya hal-hal lain yang lebih produktif dan bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Kita juga tahu dalam program kerja Jokowi lima tahun kedepan ingin menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia dan tentu saja membutuhkan dana yang tidak sedikit. Jokowi sudah menyampaikan hal itu dalam pidatonya di forum APEC. Sudah saatnya kita sebagai rakyat didalam negeri mendukung program kerja Jokowi ini dengan “siap dengan kenaikan harga BBM subsidi. Hal kecil inilah sebagai langkah nyata kita mendukung program-program jokowi kedepan.
Ya akhirnya, yang petani, silakan tetap bertani. Karyawan, silakan tetap bekerja dengan baik. Untuk wirausahawan, tetap jalankan berdagangnya. Kita harus siap dan rela sedikit berkorban demi kesejahteraan rakyat Indonesia nantinya. Salam.(ndo)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H