Beberapa hari setelah pernikahan megah Atta dan Aurel, peristiwa tersebut panen simpati publik di media sosial dan juga di warung kopi. Konten di You Tube dengan adsense yang terus mengalir hingga hari ini membuktikan Atta berhasil menciptakan hegemoni "vanity" kepada khalayak khususnya pengikutnya di YT dan media sosial lainnnya.
Pak (Presiden) Jokowi dan Pak (Menhan) Prabowo juga menjadi magnet besar pada acara itu sehingga penonton makin berjubel menyaksikan momen sakral tersebut. Kehadiran Jokowi dan Prabowo saya pandang wajar menghadiri pernikahan Atta-Aurel, mereka tentu berada pada tingkat popularitas tertentu di negeri ini. Namun banyak juga yang mengkritik hal tersebut karna menganggap ini di luar tugas Presiden dan Menhan. Boleh saja menghadiri tapi jangan gunakan akun You Tube Sekretariat Presiden dalam publikasi acara tersebut. Kalau mau menggunakan silahkan hadiri juga pernikahan masyarakat lainnya yang tentunya berbeda kemewahan.
Terlepas dari hal tersebut tentu ada dampak lain yang muncul yaitu efek megah dan mewahnya pernikahan Atta-Aurel bagi masyarakat dan anak muda. Bagi Atta-Aurel resepsi ini tentu bagian dari hak dasar mereka sebagai manusia yang dijamin negara (legitimed). Kemudian, Atta memang hidup dari konten You Tube yang membesarkan namanya dan menghasilkan pundi-pundi Dollar. Sebagian besar momen dalam hidupnya merupakan konten untuk siaran You Tube (atta halilintar) dengan 27 juta pengikut.
Sampai tulisan ini dibuat, konten akad nikah yang diunggah Atta sudah mendapat kurang lebih 2,9 juta penonton You Tube(akan terus bertambah). Tak hayal pendapatan Attta dari adsensepun kian menggunung seiring viralnya acara tersebut.Â
Apa yang ditampilkan Atta merupakan pengaruh besar yang diimpi-impikan bagi masyarakat khususnya anak muda di Indonesia. Jangankan mengundang Presiden, untuk membayar biaya pernikahanpun morat marit hingga rela menguras saku sampai menjual aset-aset. Hal tersebut dilakukan demi meriahnya acara pernikahan yang digadang-gadang sekali seumur hidup.
Terbalik dengan yang dilakukan Atta Halilintar, dia hanya menampilkan konten aktivitas sehari-hari yang hedone dan hidup dari apa yang diunggahnya di saluran You Tube. Sementara pengikutnya menyumbang adsense dari apa yang ditontonnya lalu berhalusinansi atas apa yang dikaguminya.
Konten dengan gaya hedonisme ini bukan barang baru, hanya perpanjagan tangan dari siaran televisi mainstream yang berubah bentuk ke ponsel daring. Saya tidak bisa melarang siapapun untuk berkreasi dan berekspresi termasuk Atta Halilintar dalam membuat konten di You Tube, namun perlu diingat efek bawah sadar manusia berpengaruh erat dari apa yang ditonton (visual) dan dikagumi.
Hegemoni konten yang disajikan para influencer (salah satunya Atta Halilintar) setidaknya menimbulkan efek negatif seperti; persepsi kesenangan sebagai tujuan utama dalam hidup, apapun yang dilakukan bergantung pada kesenangan yang bisa dinikmatinya. Seorang yang mengaggumi gaya hidup hedone menganggap kesenangan itu segala-galanya, tidak ada lebih berharga dibandingkan kesenangan dan didapat dengan cara yang instan (tanpa perjuangan).Â
Terakhir, menjadi tugas berat bagi orang tua dan guru untuk menjadi pemandu (moral), mengingat mudahnya anak dan remaja untuk mengakses tontonan yang berisi konten "vanity" dan gaya hidup "hedone". Vanity di sini diartikan sebagai kekosongan atau hampa. Apa yang dipertontonkan hanya sebuah kesombongan dengan balutan ekspresi ini "hidup gua orang lain tidak bisa ikut campur", tanpa mereka sadari ini racun bagi jiwa-jiwa labil yang menontonnya.Â
Selamat kepada Atta dan Aurel atas pernikahannya, dan juga kepada Presiden Joko Widodo dan jajaran menteri yang hadir sehingga acara pernikahan Atta-Aurel menjadi agenda resmi (negara) yang dapat dilihat pada akun Sekretariat Presiden yang hingga tulisan ini dibuat sudah mendapat 2,4 juta penonton.Â
Â