Mohon tunggu...
Nandita anggraini
Nandita anggraini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Universitas sultan Ageng Tirtayasa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Penggunaan Buzzer Politik dalam Pemilu 2024, Melanggar Prinsip Good Governance?

18 Maret 2024   22:53 Diperbarui: 18 Maret 2024   23:18 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Penggunaan Buzzer untuk kepentingan politik tidak hanya terjadi di Indonesia, beberapa negara-negara luar juga secara aktif menggunakan Buzzer dengan pemanfaatan yang sama. Salah satu nya adalah Amerika Serikat, pada masa kampanye pemilu 2016 dimana Donald trump dan lawan nya Hillary Clinton menjadi kandidat, para ahli ilmu politik menyebutkan bahwa kemenangan yang di dapat oleh donald trump dalam pemilihan presiden tersebut juga dihasilkan dari dukungan Buzzer yang digunakan oleh donald trump. Ahli politik mengatakan bahwa Donald trump menggunakan Buzzer politik untuk memberikan serangan kepada lawan nya Hillary Clinton dengan cara menyebarkan informasi negatif serta memprovokasi yang mendorong kebencian kepada Hillary Clinton.

Sebelum penggunaan Buzzer marak dalam perpolitikan, sosial media sudah menjadi alat yang digunakan untuk memenangkan pemilihan politik. Barack obama dalam pemilihan umum di Amerika Serikat tahun 2008 secara aktif menjadikan sosial media untuk mengorganisir pergerakan masyarakat. Barack obama menciptakan website resminya sendiri yaitu websitemy.barrackobama.com untuk berkomunikasi dan memperluas jangkauan nya dalam berkampanye. Konsep tersebut dinilai sangat efektif hingga dijadikan sebagai inspirasi dan menjadi awal mula penggunaan sosial media sebagai alat kampanye politik untuk mengorganisir masyarakat.

B. Penggunaan Buzzer dalam politik

Secara umum penggunaan Buzzer politik di Indonesia memberikan pengaruh yang sangat besar dalam proses demokrasi. Penggunaan Buzzer ini dijadikan sebagai strategi kampanye dengan tujuan meningkatkan popularitas dari tokoh politik atau partai politik. Buzzer juga digunakan oleh aktor-aktor pemerintahan untuk memanipulasi opini publik seperti memberikan dukungan pada segala bentuk kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah meskipun kebijakan tersebut sebenarnya ditentang oleh banyak orang karena merugikan masyarakat.

Twitter menjadi sosial media yang secara aktif digunakan oleh para Buzzer untuk menyampaikan kampanye politik, dimana twitter ini dapat menjadi tempat untuk mengangkat topik-topik tertentu yang pada akhirnya menjadi topik yang dibahas oleh semua orang, informasi yang bersumber dari twitter secara cepat tersebar dikalangan masyarakat. Namun seiring berjalan nya waktu penggunaan Buzzer tidak hanya di twitter. Buzzer mulai tersebar di sosial media lain seperti facebook, instagram, youtube, tiktok bahkan whatsapp untuk menyampaikan kampanye politik yang bertujuan agar lebih tersebar secara luas di masyarakat.

Di Indonesia, Buzzer beroperasi dengan dua cara yaitu menggunakan robot atau bot dan menggunakan jasa manusia asli untuk mengoperasikan akun palsu. Buzzer memiliki beberapa jenis pesan yang disampaikan, dapat berupa dukungan atau serangan kepada pihak-pihak tertentu. Metode komunikasi yang digunakan adalah penggunaan akun palsu untuk menyebarkan informasi-informasi palsu/hoax, Buzzer juga aktif mengirim pesan-pesan atau memberikan respon berupa tweet pesan hingga meme-meme pada postingan yang berkaitan dengan politik dengan narasi tertentu. Selain itu, beberapa Buzzer aktif berpartisipasi dalam forum atau grup-grup online yang berdiskusi terkait politik dengan tujuan mempengaruhi pendapat orang lain dalam diskusi tersebut. Diketahui juga bahwa beberapa oknum pemerintah juga membayar influencer-influencer yang aktif di media sosial seperti instagram, atau tiktok untuk membuat video yang berisi opini opini yang telah di manipulasi untuk menggiring opini mamasyaraka

Ruang lingkup yang diciptakan Buzzer politik adalah kultwit (kuliah twitter) atau cerita-cerita singkat yang menggunakan bahasa-bahasa akademis dimana Buzzer ini menyebarkan pesan menggunakan akun anonim berupa konten yang sifat nya kilat dimana Buzzer ini hanya membuat umpan untuk melihat dan mengukur respon dari masyarakat pengguna sosial media. Pada intinya, penggunaan Buzzer ini sendiri dinilai tidak memberikan edukasi yang baik kepada masyarakat dalam menggunakan sosial media dan memberikan pengaruh yang negatif terhadap masyarakat itu sendiri dan proses demokrasi.

Pemilu 2024 yang belum lama ini terlaksana juga tidak lepas dari penggunaan Buzzer. Pemilu sendiri merupakan hal yang sangat penting dalam negara demokrasi dimana saat inilah masyarakat memiliki hak untuk menentukan siapa pemimpin yang akan menjadi presiden dan wakil presiden nanti nya. Pada masa ini, Kandidat-kandidat yang menjadi calon presiden dan wakil presiden berlomba-lomba mengambil hati masyarakat agar mendapatkan suara dari masyarakat dengan memanfaatkan Buzzer politik di sosial media.

Penggunaan Buzzer pada perpolitikan di Indonesia dinilai sangat efektif untuk mempengaruhi opini publik dan keputusan politik masyarakat terutama pada pemilu 2024 ini dimana pemilih nya 50 persen adalah kalangan milenial dan gen z yang dimana sangat aktif dalam menggunakan sosial media. Kebanyakan dari kalangan ini mungkin tidak mengetahui secara pasti rekam jejak dari masing-masing capres dan cawapres yang akan mereka pilih karena sulit nya mengakses sumber informasi karena terbiasa dengan media digital sehingga sosial media lah yang menjadi sarana utama untuk mencari informasi terkait capres dan cawapres. Saat ini, Buzzer telah beroperasi secara lebih teratur, Buzzer secara aktif berpartisipasi dalam setiap pembahasan politik. Masyarakat sebagai pengguna sosial media mau tidak mau akan melihat, mendengar dan terpengaruhi oleh Buzzer-buzzer tersebut bahkan menjadikan nya sebagai acuan dalam menentukan pilihan. Kondisi inilah yang membuat Buzzer dimanfaatkan oleh oknum-oknum pemerintahan untuk mempengaruhi opini masyarakat.

Pekerjaan sebagai Buzzer ini juga dimanfaatkan oleh oknum-oknum tertentu untuk mendapatkan penghasilan, bahkan dimanfaatkan untuk mendapatkan posisi tertentu. Karena faktanya para Buzzer ini tidak semua nya berjalan dengan sukarela untuk memberikan dukungan kepada aktor pemerintahan yang didukung nya namun ada juga yang tidak berjalan secara mandiri atau sukarela, biasanya Buzzer-buzzer ini dibayar oleh oknum dari pemerintahan untuk menyebarkan informasi-informasi palsu untuk memanipulasi opini publik, banyak masyarakat yang sudah menyadari keberadaan Buzzer itu sendiri, terutama pada akun-akun yang bersuara di media sosial secara teratur. Masyarakat percaya ada komunitas tersembunyi yang dibayar dan terorganisir dikendalikan dengan rencana, info, rumor-rumor tertentu yang telah diolah untuk memanipulasi masyarakat dalam memilih capres dan cawapres. Karakter dari Buzzer-buzzer inipun dapat beragam ada yang hanya secara aktif mempromosikan kandidat capres dan cawapres hingga memberikan hate speech atau serangan kepada kubu lawan.

C. Dampak Penggunaan Buzzer

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun