Bukan cuma orang kantoran aja yang mikirin, tetapi mahasiswi seperti saya pun terkadang suka mikirin investasi. Investasi bermodal besar?? hhh.. dapet uang darimana?? Jangan sedih dulu kawan. Ternyata, uang recehan pun mampu membuat seseorang menjadi kaya raya, asalkan Anda percaya. Dan saya yakin, hal ini pasti membuat Anda bingung, lalu kembali berpikir keras. Laaah, kok bisa..?? Yah memang gampang, namun hal ini tidak 'gampangan'. Oke, ini bukan iklan baris gratis yang suka promo ngga jelas, tetapi lebih kepada langkah persuasif. Cerita ini berawal dari recehan yang kita ketahui ialah uang; berbentuk kertas maupun koin, yang bernominal kecil. Karena nominalnya kecil alias ece-ece (tak berharga), lahirlah kata r-ece-han. Oke, ini juga agak maksa, bukan itu asal-muasalnya. Intinya menurut saya, recehan adalah suatu nilai yang kecil. Sesuatu hal yang diremehkan, apalagi dihargai keberadaannya. Namun, bagaimana jika segenggam recehan, bergabung dengan segenggam recehan lainnya, lalu menjadi solid, dan begitu seterusnya? Menjadi besar bukan? Kita dapat bayangkan sang recehan itu menjadi ribuan, atau mungkin jutaan. Metamorfosis recehan itulah yang memberi saya pemikiran yang unik. Berawal dari hal kecil dan tidak bernilai, kemudian mampu bertransformasi menjadi besar dan kuat, asalkan ada komitmen mendasar. Coba deh, Anda mulai mengumpulkan segenggam uang recehan selama beberapa minggu. Apa hasilnya? Menjadi bernilai lebih bukan? Bagi sang Recehan, menjadi kecil bukan berarti tidak berusaha, atau berhenti membuat orang bahagia karena size-nya. Dengan ke'solid'an dan kesabarannya, Recehan membuktikan ia mampu menguntungkan. Bank Syariah dan Recehan pun mempunyai filosofi hidup yang hampir sama. Sosok Bank bertitel syariah itu lahir di saat kondisi perbankan Indonesia lemah gemulai. Sangatlah wajar jika masyarakat memandang satu mata saja. Namun, bak recehan, keberadaan Bank Syariah yang 'kecil' dan kadang terabaikan, sedikit demi sedikit mulai 'terlihat' dan berkembang. Cabang-cabang Bank Syariah pun mulai banyak di kota-kota kecil. Perbankan Syariah akhirnya hadir ditengah-tengah masyarakat, meski belum bersinar seperti bank konvensional lainnya. Bank Syariah memulai dari sesuatu yang inovasional, dan berlandasan kuat, yakni agama. Metamorfosis diataslah yang memunculkan benang merah antara Bank Syariah dan uang recehan. Recehan mampu menciptakan paradigma baru, bahwa awal yang besar belum tentu dapat menguntungkan. Let say, Anda ikut bermain saham. Bermodal besar bukan? Tetapi sangat risky untuk kehilangan seluruh uang Anda. Akhirnya, bukan kekayaan yang Anda dapatkan, malah justru kemiskinan. Oleh karena itu, Bank Syariah hadir memberikan performances berbeda dari investasi-investasi menggiurkan lainnya. Demi unjuk kemampuan, Bank Syariahg sangat menjaga sekali keuntungan yang berkesinambungan bagi nasabahnya. Sehingga nasabah pun merasa satisfied dan tidak merasa dirugikan. Sebagai pribadi, Bank Syariah memberikan saya kekayaan keuangan dan juga kekayaan batin/pemikiran. Orang awam seperti saya, menabung di Bank hanya untuk keamanan, keuntungan yang halal, dan kemudahan bertransaksi. Bank Syariah telah membuktikan eksistensinya pada ketiga hal tersebut. Aktivitas Syariah yang berlandaskan agama, memberi kenyamanan tersendiri bagi saya untuk menaruh kepercayaan pada Bank Syariah. Ibarat uang recehan, bank syariah tumbuh dari minoritas, dari sesuatu yang diremehkan. Lalu kemudian, uang recehan ditumpuk menjadi sebuah nilai yang menguntungkan. Seperti benang merah, Bank Syariah pun bersikap solid untuk memberikan keuntungan bagi kita semua. Dan akhirnya, uang recehan memberikan Anda kekayaan halal, sama halnya seperti Bank Syariah. Jadi kesimpulannya, bukan tidak mungkin uang recehan dapat membuat Anda kaya 'kan? di blog saya ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H