Pasar Tanah Abang merupakan pasar produk tekstil terbesar di Asia. Para tengkulak berbagai produk tekstil banyak yang membeli dari Pasar Tanah Abang. Namun, akhir-akhir ini pasar Tanah Abang mengalami kendala karena merosotnya jumlah pengunjung dari waktu ke waktu dikarenakan adanya e-commerce. Pedagang di Pasar Tanah Abang sudah melakukan banyak upaya untuk mengikuti perkembangan  zaman, tetapi tampaknya tidak ada perubahan yang signifikan. Hal ini menimbulkan banyak perdebatan tentang penutupan salah satu e-commerce, yaitu tik-tok shop. E-commerce sangat dibenci para pedagang Pasar Tanah Abang. Padahal belanja online memiliki kelebihan dan kekurangannya tersendiri. Berikut adalah beberapa kelebihan dari e-commerce,
1. Pedagang dari daerah terpencil dapat menjual dagangannnya tanpa harus membuat toko atau pun mengantarkan barangnnya ke berbagai daerah.
2. Menghemat tenaga dan waktu.
3. Pembeli dapat memeriksa barang yang dibeli secara langsung.
4. Barang yang dijual lebih bervariasi.
5. Harga lebih murah daripada belanja offline.
   Walaupun begitu, memang tidak dapat disangkal jika adanya e-commerce menyebabkan penurunan pelanggan bagi pedagang-pedagang lain yang tidak menjalankan bisnis . Adapun kekurangan e-commerce ialah sebagai berikut:
1. Pembeli tidak dapat memeriksa barang secara langsung dan seringkali terjadi kesalahan ukuran, warna, bahan, dsb.
2. Maraknya penipuan.
3. Risiko paket yang diantar hilang atau rusak.
4. Barang yang datang tidak sesuai ekspektasi.
   Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan memutuskan untuk membuat kebijakan untuk menutup Tik Tok Shop. Hal tersebut disambut positif oleh para pedagang tanah abang. Para pedagang di tanah abang optimis dagangannya akan ramai kembali setelah penutupan Tik Tok Shop. Menyusul pelarangan  Tik Tok Shop pedagang Pasar Tanah Abang meminta e-commerce lainnya juga ditutup. Hal tersebut memicu kemarahan bagi pelanggan online shop. Banyak pihak yang kontra mengenai kejadian pasca penutupan dikarenakan mereka lebih senang berbelanja secara online dikarenakan belanja online lebih efektif dan hemat energi. "Memangnya orang yang mau belanja hanya dari Tanah Abang?" tulis seorang netizen. Selain keterbatasan jarak seperti tulisan netizen tersebut, beberapa faktor pelayanan juga kurang mengenakkan. Pembeli merasa pedagang bersikap tidak mengenakkan saat pembeli tidak jadi membeli dagangannnya. Para pedagang Pasar Tanah Abang juga terkesan memaksa dalam menawarkan dagangannya. Maraknya parkir liar yang mematok harga tidak pada umumnya juga membuat para pembeli malas berkunjung ke Pasar Tanah Abang. Kemacetan dalam perjalanan ke Pasar Tanah Abang juga membuat calon pembeli berpikir ulang untuk berbelanja di Pasar Tanah Abang
   Apabila Tik Tok Shop ditutup dan hanya digunakan sebagai media hiburan saja, secara pribadi saya setuju. Namun jika e commerce lainnya juga ditutup hal tersebut jelas sangat merugikan pedagang lain yang berjualan dari jarak jauh. Aplikasi e-commerce lainnya tidak perlu ditutup dikarenakan para pedagang offline mau tidak mau harus mengikuti arus perkembangan zaman. Mereka tidak boleh egois meminta e-commerce lainnya juga ditutup dikarenakan banyak pedagang lain juga yang menggantungkan hidupnya pada e-commerce. UMKM dari berbagai daerah di Indonesia juga sangat terbantu dengan adanya e-commerce. Mereka lebih mudah melebarkan jangkauan pasarnya. Pengembangan inovasi dan strategi berjualan produk perlu dilakukan agar tidak kalah saing dengan dagangan e-commerce yang bisa menjangkau dagangan dari luar negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H