Mohon tunggu...
Alexander Dingky
Alexander Dingky Mohon Tunggu... Pelajar -

Semuanya memerlukan waktu, walaupun pada akhirnya kita akan bangkit kembali. Mengingat kembali hal-hal indah yang kita alami bersama membuatku sedih. Mempunyai kenangan yang indah bersamamu adalah kutukan, karena aku tidak akan pernah bisa melupakan kehilanganku..

Selanjutnya

Tutup

Politik

Omong Doang: Paus Fransiskus versus Donald Trump

27 Februari 2016   05:08 Diperbarui: 27 Februari 2016   08:52 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Disaat kejayaan Donald Trump di Amerika Serikat sungguh mencengangkan. Bukan hanya kekayaan atau rambutnya saja yang membuat Donald Trump terkenal, namun juga karena isu-isu kontroversial yang sedang hangat dibicarakan oleh media sekarang. Contohnya yang terkenal adalah masalah SARA, seperti pelarangan umat Islam untuk masuk atau berkunjung ke Amerika, Pembangunan tembok di perbatasan Meksiko, bahkan sampai ke masalah yang lain seperti masalah global warming. Hingga pada tanggal 17 Februari silam, Paus Fransiskus yang tengah mengunjungi Meksiko, mengatakan bahwa Trump "bukan seorang Kristen", cukup ironi setelah melihat foto Donald Trump berkampanye sambil menggenggam Alkitab. Alhasil Paus menyuruh agar umat Katolik di AS untuk tidak memilih Trump. Walaupun pada akhirnya permasalahan yang terjadi antara Paus dengan Trump sudah mereda, hal ini masih menimbulkan pertanyaan seperti Apakah Donald Trump cocok menjadi Presiden? lalu mengapa buktinya menunjukan demikian?

Melalui peristiwa ini Donald Trump dapat diketahui merupakan orang yang tidak pandai dalam bidang politik. Semua janji yang diucapkan Donald Trump sangat tidak realistis, hampir sama dengan jawaban orang gila. Anehnya Donald Trump dengan mudah mampu memperoleh mayoritas suara dalam pemilihan pendahuluan presiden di Carolina Selatan. Dalam hal ini Donald Trump merupakan orang yang cerdas dalam menguasai media massa. Yakni dengan menggunakan isu-isu kontroversial tersebut sehingga para calon pemilih akan memiliki pengetahuan mengenai Trump, yang secara tidak langsung mendongkrak popularitas Donald Trump sendiri. Begitu juga dengan para haters, yang secara tidak langsung juga mempromosikan gratis dengan membicarakan masalah Donald Trump sendiri. Dengan ramainya pembicaraan mengenai Trump di media internasional inilah yang membuatnya dari populer menjadi sangat populer.

Lalu bagaimana isu-isu kontroversial tersebut berhasil pada mayoritas masyarakat AS yang notabene merupakan masyarakat berpikiran maju? Dalam hal ini ada beberapa alasan, salah satunya selain kelihaian Trump sendiri dalam media juga ada unsur timing berperan besar. Dengan berita-berita yang berbau terorisme seperti ISIS dan masalah imigran di Amerika maupun Eropa, Trump dapat dengan mudah memprovokasi media dengan meyakinkan bahwa AS memiliki masalah bersama yang menakutkan dan Trump mempunyai "final solution"-nya. Kombinasi antara media massa, peristiwa dunia, dan ketakutan (phobia) masyarakat AS sendiri membuat pemimpin yang bersifat seperti penjual harapan dengan sifat maskulin dan romantis mempunyai daya tarik tersendiri. Maka dari itu jangan tercengang apabila Donald Trump yang dinilai tidak waras malah justru mempunyai banyak pendukung. Ingat, Donald Trump merupakan seorang businessman yang berarti walaupun pengetahuannya tentang politik sangat minim, Trump memiliki pengetahuan yang luas mengenai "marketing" suara.

Kemudian kaitannya mengenai pendapat Paus Fransiskus tersebut. Paus yang menjadi perwakilan umat Katolik seluruh dunia tentunya menjunjung tinggi nilai keagamaan dan kemanusiaan. Melihat peristiwa-peristiwa yang terjadi, seperti saat masalah imigran terjadi di Timur Tengah dan Eropa akibat exodus besar-besaran, Paus menghendaki agar negara Eropa untuk membuka diri dan memberikan peluang bagi imigran tersebut. Sama juga pandangan Paus mengenai imigran Meksiko. Hal inilah yang menyebabkan Paus meragukan bahwa Donald Trump adalah seorang "Kristen", walaupun lebih sopan apabila ditulis bahwa Paus meragukan sifat kemanusiaan Donald Trump. Karena menurut Paus sendiri menciptakan tembok tidak menyelesaikan masalah, melainkan juga menanam kebencian. Disini kita dapat melihat bahwa melalui sudut pandang keagamaan, kemanusiaan, etika, moralitas, dll Paus Fransiskus berkata baik dan benar.

Namun hal ini cukup berbeda dari sudut pandang politik dan mayoritas masyarakat AS. Sebelumnya perlu diingat bahwa ada teori yang mengatakan bahwa dalam pengetahuan politik, hampir lebih dari setengah jumlah penduduk di suatu negara masih buta politik, dan disini baik media dan popularitas politisi tersebut sangat perpengaruh besar. Media berpengaruh besar karena umumnya sifat orang di jaman modern seperti ini adalah tidak suka repot, tertarik pada suatu hal yang menarik, dan instan. Trump pandai dalam memenuhi syarat ini, bahasanya yang bersahabat dan mudah dipahami, kampanyenya yang unik, dan idenya yang tidak membuat orang harus berpikir keras untuk mengetahui maknanya.  Dan untuk masalah Imigran, Trump tidak salah mengenai dampak negatif dari masalah imigrasi yang ada seperti masalah pekerjaan, kriminalitas, jaminan kesehatan, masalah sosial, tempat tinggal, ketersediaan panganan, dll. Kerena hal ini pula yang mengakibatkan beberapa negara di Eropa membatasi arus datangnya imigran, mayoritas masyarakat Amerika sadar betul akan hal tersebut dan takut.

Sudut pandang sangat penting dalam melihat permasalahan ini, namun nilai yang dapat saya ambil dari Donald Trump adalah sifat oportunis dan cerdik, yang peka terhadap situasi yang ada dan pandai dalam menggunakan popularitasnya untuk mencapai tujuan dan BERHASIL. sedangkan melalui Paus Fransiskus saya dapat mengambil bahwa seburuk apapun situasi dan kondisi yang ada, jangan putus asa karena masih ada orang lain yang peduli dan berjuang demi hak asasi manusia bersama, tanpa pandang bulu.

 

keelah se'lai.

Terima kasih kepada teman-teman kompasiana yang sudah mendampingi n00b seperti saya dan juga teman-teman kompasiana yang sudah menjadi sumber referensi saya. Mohon maaf kalau masih ada yang salah atau tidak sopan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun