Film adaptasi Beauty and the Beast yang dirilis pada tahun 2017 merupakan salah satu proyek besar Disney untuk mengadaptasi kembali animasi klasik mereka dalam bentuk live-action. Dalam banyak hal, film ini berhasil memenuhi ekspektasi dari para penonton.
Dibintangi oleh Emma Watson sebagai Belle dan Dan Stevens sebagai Beast, film ini dikemas dengan performa yang apik dengan musikal yang dramatik. Emma Watson, dengan kemampuan akting dan vokalnya berhasil menggambarkan karakter Belle yang cerdas dan mandiri sementara Dan Stevens membawa kedalaman emosional pada karakter Beast yang kompleks.
Visual dari  film ini juga menjadi salah satu poin kuatnya. Dengan efek khusus yang memukau, desain set yang megah, dan kostum yang indah, penonton diajak menjelajahi dunia fantasi yang terasa nyata. Kastil Beast lengkap dengan makhluk-makhluk yang ajaib membuat suasana didalamnya menjadi lebih hidup dan menciptakan atmosfer magis yang sesuai dengan tema cerita. Selain itu, lagu-lagu ikonik dari versi animasi tetap menjadi daya tarik.
Namun, meskipun banyak elemen yang berhasil film ini juga menghadapi kritik. Beberapa penonton merasa bahwa meskipun visualnya menakjubkan, cerita yang disajikan terasa kurang segar dan inovatif dibandingkan dengan versi animasi. Beberapa adegan tampak terlalu bertele-tele, dan menurut penulis ada sedikit keanehan dalam film ini bahwa gaya bicara dari Belle yang kental dengan aksen British, padahal dalam cerita Belle tinggal di Prancis.
Meskipun ada kekurangan, Beauty and the Beast (2017) dapat dianggap sebagai sebuah keberhasilan yang luar biasa. Dengan kombinasi dari akting dari para pemain yang kuat, visual yang , dan terdapat pula pesan-pesan moral, film adaptasi ini berhasil mengukir tempatnya dalam warisan Disney, menjadikannya film yang patut ditonton oleh semua kalangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H