Bapakku sehat, tapi kurang gesit
Penghasilannya sedikit, dan hidup kami pun sulit
Kalau aku minta duit, masalah tambah semakin rumit, emak dan bapak jadi seperti pelit
Bapak sudah capek berusaha, tapi hasilnya biasa-biasa saja
Emak ingin gelang, ingin kalung, bapak jadi tambah bingung
Emak murung, bapak merenung, aku seperti linglung
Kata bapak, emak mau pergi ke Mekkah
Tapi bukan buat ibadah, emak ingin mengumpulkan rupiah, aku terperangah
Bapak dan emak berencana hutang pada si lintah
Dalam diam emak berkemas, mengurus semua berkas-berkas
Aku menangis bagai gerimis, kunilai hati mereka sungguh sadis
Aku bukan siapa-siapa yang bisa menahan niatan keduanya
Lantas kufikir..untuk apa aku ada di dunia?
Esoknya rumah benar-benar sepi, di tudung tak ada nasi
Bapak sibuk dengan handphonenya, menunggu kabar dari istrinya
Aku enggan di depan televisi, aku takut mendengar berita tentang TKI
Aku tak suka rumah, rumah membuatku ingin marah
Rumah meninggalkan luka, di sana ada emak dan kenangannya
Kenapa bukan bapak yang pergi, kan bapak yang berkewajiban mencari
Tanpa emak rumah tak bernyawa, dan aku memang benar-benar sudah tak berselera
Emak..aku tak mau katakan ini sebenarnya,”Mak..Aku rasanya ingin mati saja!”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H