Mohon tunggu...
sri mulyani
sri mulyani Mohon Tunggu... -

seorang ibu rumah tangga yang ingin mengekspresikan segenap pikirannya dengan menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Biasakan Berbincang dengan Anak

18 April 2014   06:08 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:32 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Apakah yang paling mendasari suatu masalah tidak terungkap?

Apa penyebab seseorang menjadi stress?

Kenapa ada kasus bunuh diri?

Semua jawaban  dari pertanyaan pertanyaan di atas adalah “tiadanya komunikasi”.

Tidak semua orang memang mudah untuk menyampaikan pendapatnya kepada orang lain. Terlebih lagi bila orang tersebut memiliki kepribadian yang sangat tertutup. Apa yang menurut kita mudah untuk disampaikan, bisa jadi bagi orang lain sangat sulit. Kenapa? Karena orang tersebut tidak pernah memiliki rasa nyaman saat berbicara. Dari dirinya sudah terbentuk suatu rasa ketakutan kalau-kalau apa yang disampaikannya tidak sesuai dengan fikiran orang lain.

Kebiasaan tertutup ini bukan terjadi secara tiba-tiba. Biasanya karena pola asuh. Orangtua tidak menyediakan waktu bagi anak-anaknya. Bukan karena tidak memiliki waktu, tapi berbincang dengan anak  bukan hal yang penting bagi mereka. Mungkin dianggap buang-buang waktu atau merasa bahwa anak bukan seseorang yang sudah memiliki kebutuhan untuk berbagi cerita.

Banyak orangtua yang tidak memahami, bahwa  pada masa awal pertumbuhan, anak-anak amat butuh didengarkan dan diperhatikan. Jika orang-orang di sekelilingnya tidak memperhatikan, mereka akan berusaha mengalihkan perhatian kita dengan berbagai cara. Merengek, tantrum (mengamuk), melempar mainan, minta diambilkan sesuatu yang sudah biasa dilakukannya sendiri, dan lain sebagainya. Apalagi saat kita sedang berbicara dengan orang lain, ada saja ulah mereka kan? Dan peristiwa semacam ini sering membuat orangtua jengkel, marah-marah, lebih parahnya sampai menghukum dengan menyakiti bagian tubuh si anak.

Sejak bayi pun manusia sudah memiliki naluri untuk memberontak jika diabaikan. Tapi dalam masa pengembangan diri itu akan mengalami peristiwa-peristiwa yang kelak mempengaruhi pertumbuhan mentalnya. Jika mendapat penanganan yang benar pada masa tumbuh kembangnya, manusia akan menjadi peribadi yang berani dan terbuka, gampang  bersosialisasi. Bagaimana jika mendapatkan penanganan yang salah? Manusia tersebut akan menarik diri dari lingkungan, tidak percaya diri dan takut. Tidak percaya pada orang lain.

Anak-anak akan merasa senang jika kita tanggapi pembicaraannya, coba perhatikan bayi yang mengoceh, lalu ajaklah dia berbicara, pasti reaksinya menyenangkan sekali bukan? Sejak bayi saja manusia sudah butuh reaksi dari sekelilingnya.Lalu kenapa ketika mereka sudah mulai pandai berkata-kata kita merasa enggan mendengarkannya?

Masa anak-anak adalah masa belajar banyak hal, bertanya setiap waktu,semua hal menarik perhatian sehingga butuh orang yang mendengarkan ceritanya. Apa saja jadi bahan cerita, sepertinya waktu yang 24 jam itu tidak cukup untuk memenuhi keingintahuannya. Mungkin hanya pada saat tertidur saja mereka diam.

Jika pada masa-masa itu kita sabar untuk mendengarkan dan memperhatikannya, mendidiknya dengan benar, maka kelak mereka akan punya teman bicara terpercaya, yaitu kita orangtuanya. Mereka tidak akan mencari orang lain, mereka berani mengungkapkan apa saja yang menjadi uneg-unegnya. Mereka akan menjadi pribadi yang percaya diri jika kasih sayang sudah cukup dari orang-orang terdekatnya.

Tekanan-tekanan sosial di luar sana amat berat. Butuh kawan berbagi cerita untuk mengatasi masalah. Jadilah orangtua yang bisa dijadikan tempat curhat anak. Kenali dan sayangi anak Anda dengan sepenuh hati. Keberhasilan kita bukan pada materi yang berlimpah, tapi pada bagaimana sebuah keluarga itu tumbuh dengan penuh rasa cinta.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun