Mohon tunggu...
Nandasari Dompu
Nandasari Dompu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

( masak/ lakukan apa yang disukai/lucu )

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

teori belajar sosial albert bandura

19 Januari 2025   16:05 Diperbarui: 19 Januari 2025   16:05 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Teori Belajar Sosial Albert Bandura: Belajar Melalui Observasi dan Imitasi
 
Teori belajar sosial, yang dikembangkan oleh Albert Bandura, merupakan salah satu teori belajar yang paling berpengaruh dalam psikologi.  Berbeda dengan teori belajar klasik dan operan yang menekankan pada pengkondisian respon melalui stimulus dan penguatan, teori belajar sosial menekankan peran observasi, imitasi, dan proses kognitif dalam proses belajar.  Bandura berpendapat bahwa manusia belajar tidak hanya melalui pengalaman langsung, tetapi juga melalui pengamatan perilaku orang lain dan konsekuensi yang mereka terima.  Teori ini memiliki implikasi yang luas dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan, kesehatan, dan perkembangan sosial.
 
Konsep utama dalam teori belajar sosial Bandura adalah pembelajaran melalui pengamatan (observational learning).  Manusia, khususnya anak-anak, belajar dengan mengamati perilaku orang lain, yang disebut model.  Model dapat berupa orang yang nyata, tokoh fiksi dalam buku atau film, atau bahkan karakter dalam video game.  Proses pembelajaran melalui pengamatan melibatkan empat tahap utama:
 
1. Perhatian (Attention):  Agar pembelajaran dapat terjadi, individu harus memperhatikan perilaku model.  Sejumlah faktor dapat memengaruhi tingkat perhatian, termasuk karakteristik model (misalnya, daya tarik, status, kekuasaan), karakteristik perilaku (misalnya, kejelasan, keunikan), dan karakteristik pengamat (misalnya, motivasi, kemampuan kognitif).
 
2. Retensi (Retention):  Setelah memperhatikan perilaku model, individu harus mengingat perilaku tersebut.  Proses ini melibatkan encoding informasi ke dalam memori, baik secara visual maupun verbal.  Strategi kognitif seperti pengulangan dan elaborasi dapat meningkatkan retensi informasi.
 
3. Reproduksi (Reproduction):  Setelah mengingat perilaku tersebut, individu harus mampu mereproduksi perilaku tersebut.  Kemampuan reproduksi dipengaruhi oleh kemampuan fisik dan kognitif individu, serta umpan balik yang mereka terima.  Praktik dan umpan balik yang konstruktif akan meningkatkan kemampuan reproduksi.
 
4. Penguatan (Reinforcement):  Penguatan memainkan peran penting dalam menentukan apakah perilaku yang dipelajari akan diulang atau tidak.  Penguatan dapat berupa penguatan langsung (misalnya, pujian, hadiah) atau penguatan vikarious (misalnya, mengamati model menerima penguatan).  Pengamatan terhadap konsekuensi yang diterima model akan memengaruhi motivasi individu untuk mereproduksi perilaku tersebut.  Jika model menerima penguatan positif, individu lebih cenderung untuk meniru perilaku tersebut.  Sebaliknya, jika model menerima hukuman, individu cenderung menghindari perilaku tersebut.
 
Selain empat tahap di atas, Bandura juga menekankan peran proses kognitif dalam belajar sosial.  Individu tidak hanya secara pasif meniru perilaku model, tetapi juga secara aktif memproses informasi dan membuat keputusan tentang perilaku mana yang akan ditiru dan bagaimana perilaku tersebut akan diadaptasi ke dalam konteks mereka sendiri.  Proses kognitif ini meliputi:
 
- Self-efficacy:  Percaya diri dalam kemampuan seseorang untuk berhasil dalam suatu tugas.  Self-efficacy yang tinggi akan meningkatkan motivasi untuk meniru perilaku model dan berusaha untuk mencapai tujuan.
- Self-regulation:  Kemampuan untuk mengontrol perilaku sendiri dan mencapai tujuan.  Individu yang memiliki kemampuan self-regulation yang baik akan lebih mampu mengelola impuls dan perilaku mereka, dan lebih mungkin untuk meniru perilaku model yang positif.
- Observational learning:  Proses belajar melalui pengamatan perilaku orang lain.  Observational learning merupakan inti dari teori belajar sosial Bandura.
 
Teori belajar sosial memiliki implikasi yang luas dalam berbagai bidang.  Dalam pendidikan, teori ini menekankan pentingnya menyediakan model yang positif bagi siswa dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar melalui pengamatan dan imitasi.  Dalam kesehatan, teori ini dapat digunakan untuk merancang program intervensi untuk mengubah perilaku yang tidak sehat, seperti merokok atau makan berlebihan.  Dalam perkembangan sosial, teori ini membantu menjelaskan bagaimana anak-anak belajar tentang norma sosial dan perilaku yang sesuai.
 
Meskipun teori belajar sosial telah banyak memberikan kontribusi dalam pemahaman proses belajar, terdapat beberapa kritik terhadap teori ini.  Beberapa kritikus berpendapat bahwa teori ini terlalu menekankan pada peran kognitif dan kurang memperhatikan peran faktor biologis dan emosional dalam proses belajar.  Namun, terlepas dari kritik tersebut, teori belajar sosial tetap menjadi teori yang sangat berpengaruh dalam psikologi dan terus memberikan kontribusi dalam pemahaman proses belajar manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun