Dalam Teori Piaget maupun Teori Vygotsky dikemukakan bahwa interaksi sosial memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif seseorang. Keberadaan dua teori ini tentunya dianggap berpengaruh walaupun memiliki perbedaan yang cukup jelas. Pada zaman dimana kedua teori ini berkembang di kalangan psikolog, Piaget dan Vygotsky mengklaim bahwa teori yang mereka miliki masih berdiri masing-masing. Sampai akhirnya penelitian terkini menemukan bahwa teori-teori tersebut tidak sepenuhnya bertolak belakang, tetapi bisa saling melengkapi.
Perbedaan yang Kontras
- Teori Piaget mengemukakan bahwa seseorang dapat belajar secara mandiri dengan melihat orang-orang di sekelilingnya. Sedangkan, Vygotsky berpendapat bahwa seseorang harus ditunjang dengan interaksi sosial agar dapat berkembang. Adanya keterlibatan seseorang dalam aktivitas sosial membuat bahasa dan kognisi diri seseorang berkembang.
- Piaget menyatakan bahwa kemampuan kognitif seseorang berkembang sesuai dengan usia. Bertentangan dengan itu, tanpa melihat rentang usia, Vygotsky menyatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang diperoleh dari keterlibatannya di masyarakat.
- Piaget dan Vygotsky memiliki pendekatan pembelajaran yang berbeda. Piaget secara rinci mengamati bagaimana pembelajaran pada anak-anak berlangsung, tetapi ia tidak menegaskan peran dari seorang pembina (tutor) atau guru (teacher). Disamping itu, Teori Vygotsy tidak mengamati perkembangan mental nyata dan hanya membahas mengenai perolehan-perolehan konsep/kemampuan baru. Keduanya berpikir bahwa selalu ada tugas di luar jangkauan pembelajar. Vygotsky yakin dengan adanya bantuan dari pembimbing (mentor) tugas-tugas tersebut dapat dilaksanakan. Sedangkan Piaget, tidak menyarankan apa pun mengenai permasalahan ini.
- Maka dari itu, Teori Vygotsky sangat cocok apabila diterapkan ke dalam strategi pengajaran. Di sisi lain, Teori Piaget memberikan pilihan pada seorang individu untuk menjelajahi dan mempelajari sesuatu secara mandiri tanpa adanya ketergantungan dari pihak lain.
Penjelasan Secara Ringkas
Teori Piaget
Jean Piaget mengembangkan teori perkembangan kognitifnya berdasarkan penelitian yang bersubjek anak-anak. Sehingga ia dikenal atas Teori Pembelajaran Kognitif melalui Pengamatan (the theory of cognitive observational learning). Menurutnya, ada empat tahap perkembangan kognitif yang dilalui setiap individu, diantaranya: 1) Tahap sensorimotor 2) Tahap pra-operasional 3) Tahap operasional konkret 4) Tahap operasional formal.
Selain itu, menurut teorinya pula, ada dua proses penting yang menjadi karakteristik dari setiap tahapan perkembangan kognitif, yaitu:
- Asimilasi: proses masuknya hal-hal baru yang dijumpai ke dalam ranah kognitif dan dicerna berdasarkan pengetahuan yang sudah ada.
- Akomodasi: proses perubahan struktur kognitif karena adanya hal-hal baru yang muncul dalam kehidupan, sehingga hal-hal tersebut bisa dianggap masuk akal.
Piaget mengamati adaptasi melalui konsep "skema mental." Setiap individu memiliki skema mental yang bisa menjelaskan dunianya sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Skema mental yang dimiliki seseorang akan terganti apabila ia menerima informasi baru yang berkonflik dengan pengetahuan yang dipunyai sebelumnya. Seseorang yang sulit mengubah skema mentalnya harus didorong untuk melihat sudut pandang orang lain serta didorong untuk lebih fleksibel dalam berpikir. Berikut adalah diagram alir yang menunjukkan teori adaptasi Piaget:
Teori Vygotsky
Sementara itu, Vygotsky mempunyai teori perkembangan kognitif yang disebut Teori Sosiokultural (the sociocultural theory). Vygotsky mempelajari perkembangan mental anak, yang mencangkup bagaimana mereka bermain dan berbicara. Tidak hanya itu, ia juga mempelajari hubungan antara pikiran dan bahasa. Teori ini memiliki tiga konsep penting yang berhubungan satu sama lain yaitu:
- Hubungan antara Bahasa dan Perkembangan Kognitif Anak -- dari hasil studinya, Vygotsky berpendapat bahwa bayi tidak memiliki
ucapan karena tidaklah begitu penting bagi mereka untuk memahami bahasa.
Anak-anak akan mulai menangkap bahasa dan berbicara secara konstan pada
saat mereka bermain. Dalam hal ini, hubungan antara pikiran dan bahasa
sangat dekat. Pembelajaran anak-anak dipengaruhi oleh bahasa dan
budayanya. - Konsep Internalisasi -- (internalisation) ini menjelaskan tahapan perkembangan kognitif seorang anak. Seorang anak mulai mempelajari konsep baru dengan meniru, lalu meniru dan memahami, barulah sampai kepada internalisasi konsep. Tahap-tahap internalisasi meliputi:
1) Ketidakmampuan untuk menyelesaikan tugas/perintah secara mandiri.
2) Mampu menyelesaikan tugas/perintah dengan bantuan verbal dari individu yang lebih berpengalaman (perancah/scaffolding)
3) Mampu menyelesaikan tugas/perintah dengan bantuan tindakan dari individu yang lebih berpengalaman (perancah/scaffolding)
4) Internalisasi selesai: seseorang memiliki kemampuan menyelesaikan tugas/perintah secara mandiri. - Zona Perkembangan Proksmial (Zone of Proximal Development/ZPD) --Â Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan seseorang. ZPD menerangkan potensi seseorang akan perkembangan kognitifnya. Skema berikut adalah zona dimana hal yang telah diketahui seorang individu dan yang belum:
Perkembangan Bahasa pada Anak hingga Dewasa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H