Mohon tunggu...
Nandar Narendra
Nandar Narendra Mohon Tunggu... -

Biarlah aku menjadi bulan dan bintang yang tak angkuh ketika bertahta dan tak mengeluh ketika tenggelam

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Liang Lahat

21 Mei 2012   11:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:00 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sesungguhnya manusia hidup terbuat dari tanah
Hidupnya sebatas dari tanah ke tanah
Namun mengapa manusia menjadi lupa?
Bersikap sombong busungkan dada
Bersifat angkuh besar kepala

Manusia hidup tiada arti di depan Sang Penguasa
Tapi mengapa manusia berani menemtang sang pencipta?

Berani tapi putih
Lembut tapi jantan
Perkasa tapi jujur
Bukankah lebih baik daripada
Berani tapi hitam
Lembut tapi culas
Perkasa tapi tamak

LIANG LAHAT !

Di sini tersimpan saksi bisu dari keserakahan
Saksi buta dari keculasan
Saksi tuli dari ketidak jujuran

Bisakah kekuantan manusia memecah kebisuan?
Menyalang kebutaan hati
Mendengar desah ketidak adilan
Bisakah tongkat si buta mengetuk membuka pintu kebenaran?

Yang Kuasa dan Sang Pencipta adalah tempat bertanya
Tempat meminta

Adakah manusia bertanya dengan kebersihan hati?
Adakah manusia meminta dengan kejujuran jiwa?

LIANG LAHAT !

Di sini kau berada
Di sini awal dan berakhirnya satu rahasia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun