Merokok membunuhmu, 1 batang rokok mengurangi nyawamu 1 hari, merokok dapat menyebabkan kematian, dan masih banyak lagi slogan-slogan ajakan untuk tidak merokok, baik yang terdapat di bungkus rokok, maupun poster-poster yang terdapat di jalan raya. Kalimat diatas seakan-akan hanya sebagai pemanis dan pemenuhan syarat dari pemerintah untuk perusahaan rokok. Slogan-slogan itu hanya sekedar dibaca (bahkan juga tidak) dan tidak menjadi acuan bagi perokok untuk berhenti merokok. Susah memang untuk kita mengurangi angka perokok di Indonesia, mengingat perusahaan rokok sudah menjamur dan pendistribusiannya di lakukan secara menyeluruh, sehingga siapa sih yang tidak bisa membeli rokok? Mau dia orang lanjut usia, orang dewasa bahkan anak kecil di bawah umur sekalipun.
Rokok tidak hanya merugikan dari segi kesehatan, namun juga dari segi ekonomi. Bayangkan, 1 batang rokok saja sudah mengandung ribuan zat-zat berbahaya yang apabila masuk kedalam tubuh dapat menyebabkan berbagai macam penyakit, salah satunya yang paling sering disebutkan adalah zat tar dan nikotin, apalagi bagi perokok yang mampu menghabiskan 1-2 bungkus rokok per hari. Tidak hanya sampai disitu, yang memiliki resiko paling berbahaya menghirup asap rokok adalah para perokok pasif (orang yang tidak merokok dan menghirup asap rokok dari perokok). Dan tidak perlu jauh-jauh, keluarga sendiri adalah salah satu perokok pasif yang akan terkena dampak dari perokok aktif. Maukah kalian dengan secara sadar memberikan penyakit bagi sanak keluarga, anak dan istri? Jawabannya ada pada diri kalian sendiri yang merupakan perokok. Apakah mau berhenti merokok atau tetap merokok dengan menanggung berbagai konsekuensinya.
Kemudian dari sisi ekonomi, siapa sih yang bilang bahwa rokok itu murah? Satu batang rokok saja di jual dengan harga Rp 1.000 – Rp 1.500 per batangnya, dan satu bungkusnya itu berkisar antara Rp 10.000 – 17.000 per bungkusnya, itu untuk per hari. Untuk 1 bulan, pengeluaran yang harus di keluarkan oleh perokok berkisar antara Rp 400.000 – Rp 500.000 per bulannya. Mungkin itu wajar saja bagi para perokok yang memiliki pekerjaan yang tetap dan memadai. Tapi bagaimana dengan banyaknya para buruh yang memiliki pekerjaan tidak tetap?
Alangkah baiknya apabila uang tersebut kita tabung atau mungkin memberikan anak dan istri makanan yang bergizi. Itu pasti memiliki manfaat lebih baik dibandingkan dengan membakarnya setiap hari lewat sebatang rokok.
Intinya, semua perubahan yang kita harapkan tergantung para individu pelakunya. Karena percuma pemerintah mengeluarkan berbagai macam kebijakan yang menghabiskan banyak dana Negara, namun hasilnya tetap nihil. Maka dari itu, perlu di lakukan pembaharuan generasi penerus yang bebas rokok dengan cara mendidik kaula-kaula muda sedari dini agar tidak terjerumus dalam dunia asap rokok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H