Aku tak pernah menyangka,
Subuh ini dipilih-Nya untuk membawamu dengan damai.
Meski dadaku sangat sesak tapi aku bahagia.
Setidaknya, papa tak perlu lagi terjaga dimalam buta oleh sakit yang sering mengganggu istirahatmu.
Tak lagi ada yang mesti papa cemaskan. Tak ada lagi beban yang harus papa pikul. Tak ada yang bisa menyakita papa, tidak lagi aku atau siapapun.
Ngakusah khawatirPa. Aku , mama dan kakak menangis bukan karena kepergianmu tapi karena papa telah terukir sangat indah dihati dan kenagan kami.
Lebih dari ¼ abad kau abdikan hidupmu untuk kami, tak akan ada yang bisa menandinginya. 23 tahun aku mengenalmu sebagai malaikatku, tak akan ada yang mampu menggantikannya. Bahkan sampai hari ini, papalah kenangan terindah yang ku miliki.
Pa, walau sebenarnya masih banyak waktu yangingin aku habiskan bersamamu, aku ingin kau melihatku memakai toga,aku ingin kau duduk dipelaminanku,aku ingin kau melihat anak-anak ku tumbuh besar. Aku ingin ke Baitullah bersamamu. Aku ingin membuatmu lebih bahagia, aku ingin membuatmu bangga, Aku ingin…. Aku ingin…. Aku ingin…. Tapi tak apa. Kali ini aku mengerti pa.
Papa, aku mengerti
Hari ini ragamu meninggalkan kami, tapi cinta mu tetap tinggal disini.
Hari ini kami kehilangan dadamu untuk bersandar, tapi hangatnya masih dan dan akan selalu mendekap kami.
Hari ini kami kehilangan suara mu, tapi gemanya akan selalu disini.
Selamat jalan papa,
aku bangga jadi anakmu….
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H