Seumur-umur ga pernah culture shock yang se-shock ini karena  makan gado-gado. Sebagai anak rantau dari Tanah Jawa tepatnya Jawa Timur lalu hijrah ke bumi pasundan agak sedikit was-was dengan selera makan yang agak susah masuk di lidah ini. Memang ada sedikit perbedaan, makanan di sini menurutku rasanya lebih manis dan pedesnya kureng. Tapi sebenarnya ini bukan letak perbedaan yang bikin shock.
Suatu ketika pengen banget makan gado-gado karena sudah lama tidak makan sayuran dan saya bukan tipe orang yang doyan sayur. Baru bisa makan sayur itu kalau pengen gado-gado. Karena gado-gado ini kan isinya macem-macem seperti telur, lontong, sayur mentah yang segar, tahu, tempe, timun, kentang, kacang panjang, wortel terus diguyur dengan saus kacang yang kental dan sambal untuk menggugah selera.
Pas sampai rumah, begitu dibuka agak ngelag "tadi pesennya gado-gado kan?" kok isinya begini. Saus kacangnya sih sama cuman isiannya kalo di Jawa itu mirip rujak. Tidak ada telur dan sayurnya itu mateng terus ada tambahan irisan labu siam rebus. Kenapa namanya gado-gado ya? Kenapa tidak rujak? Terus kalau rujak di sini namanya apa?
Dari semua makanan yang paling plotwist menurutku ya ini, gado-gado itu rujak kalo di Jawa. Yah, tapi lama-lama saya mulai terbiasa dengan makanan yang namanya gado-gado itu.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI