Novel ini bercerita tentang kebimbangan seseorang dalam hidupnya yang masih terebak dengan masa lalunya dan cinta baru yang siap menjemputnya di masa depan. Cerita berawal dari kehidupan Binta yang cukup sulit karena ayahnya pergi dan mamanya sakit skizofrenia. Binta adalah seorang mahasiswa jurusan ilmu komunikasi, di kampus ia terkenal dengan sikap dingin dan cuek. Namun beruntungnya ia memiliki teman dekat yaitu Cahyo. Cahyo selalu menjadi teman di kala Binta bosan, Cahyo sangat mengerti bagaimana keadaan Binta yang berantakan. Dulunya ia butuh waktu yang cukup lama untuk bisa seakrab sekarang dengan Binta.
Suatu saat ada senior Cahyo yang tertarik dengan Binta, yaitu Nugraha atau biasa dipanggil dengan Nug. Di kampus Nug terkenal di kalangan mahasiswa terutama perempuan karena ketampanannya. Tapi dari sekian banyak perempuan di kampus yang mengejarnya, ia malah tertarik dengan Binta yang kupu-kupu (kuliah-pulang), jutek, dan membosankan. Sejak itu Nug selalu mencari Binta di kampus, tapi Binta hanya bersikap jutek bahkan ekspresi inilah yang sangat disukai oleh Nug dari Binta. Bukan tanpa alas an Binta bersikap seperti itu, ia memiliki trauma dengan mantannya yang meninggalkannya tanpa kata pamit.
Biru adalah laki-laki pertama yang membuat Binta jatuh cinta sangat dalam yang mampu membuat hidup Binta menjadi berwarna karena keadaan keluarga yang kacau. Namun, pada akhirnya Biru pergi seolah hilang ditelan bumi. Namun, dulu Biru sempat berkata bahwa ia akan menghilang dari bumi dan akan bertemu lagi dengan Binta.
Hari demi hari Nug dan Binta semakin dekat dan terbuka satu sama lain, bahkan Nug sudah dekat dengan mama Binta. Dan Binta perlahan melupakan Biru. Satu sisi, Binta takut jika hal yang sama akan terulang kalua Nug juga akan menghilang seperti Biru.
Suatu saat ia mendapat hadiah tiket ke Banda Neira dari Cahyo, karena ia juga kebetulan merasa jenuh ia memutuskan untuk berangkat. Sesampainya di sana ia orang masa lalunya telah menyambutnya dan mereka hanyut dalam haru Bahagia. Mereka menghabiskan waktu Bersama di sana hingga tiba waktunya Binta Kembali ke Jakarta dan Biru menolak ikut Kembali ke Jakarta. Hal ini membuat Binta hancur dengan tangis tak tertahan.
 "Menerima kehilangan, dan merelakan semua kenangan. Jangan paksakan untuk melupakan dengan melampiaskan. Semua hanya butuh sedikit keikhlasan. Karena pada akhirnya, menyerah akan menjadi benteng terkuat untuk melindungi hati. Jadi tak usah kecewa dengan  perpisahan. Kita ada untuk tidak ada. Pertemuan dilahirkan untuk diakhiri. Ia akan pergi dan semesta akan mengirimkan hati yang baru, yang akan mengobtai. Yang patah akan Kembali utuh, kau hanya perlu percaya itu."
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H