Mohon tunggu...
Nanda Nely
Nanda Nely Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tradisi Rebo Wekasan Desa Wanglukulon dalam Pandangan Sosiologi Agama

9 Oktober 2022   21:00 Diperbarui: 9 Oktober 2022   21:42 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Tradisi dipahami sebagai segala sesuatu yang turun temurun dari zaman nenek moyang hingga sekarang. Sedangkan pengertian tradisi dalam kamus sosiologi, diartikan sebagai adat istiadat dan kepercayaan secara turun temurun yang dapat dipelihara. Tradisi bukanlah sesuatu yang diam begitu saja tanpa ada perubahan, melainkan tradisi dapat mengalami perubahan bahkan bisa saja hilang seiring dengan perkembangan zaman. Pulau jawa termasuk salah satu pulau yang memiliki berbagai macam budaya, ritual, hingga tradisi yang masih melekat hingga saat ini. Seperti; Tingkeban, Tindak sinten, Slametan, Rebo wekasan, dan lain sebagainya. Rebo wekasan berasal dari kata Rebo dan Wekasan/pungkasan. Dalam bahasa jawa Rebo ialah salah satu nama hari yaitu Rabu, dan Wekasan/pungkasan dalam bahasa Jawa mempunyai arti terakhir. Jadi, Rebo wekasan secara bahasa ialah hari rabu terakhir. Rebo wekasan ialah sebuah tradisi yang di laksanakan pada hari rabu terakhir pada bulan Shafar (bulan ke-2 dari 12 bulan pada penanggalan Hijriyah).

Menurut para Ulama', pada bulan Shaffar Allah SWT menurunkan 320.000 sampai 500.000 lebih berbagai macam penyakit dan musibah (bala'). Para Ulama' menyerukan untuk memperbanyak istighfar, membaca do'a, beribadah kepada Allah SWT, dan meminta pertolongan agar terhindar dari malapetaka. Tepatnya di desa Wanglukulon, sebuah desa yang berada di Kabupaten Tuban bagian selatan yang masih menggelar acara Rebo wekasan setiap tahunnya. Rabu terakhir pada bulan Shaffar yang diyakini oleh masyarakat akan banyak malapetaka, sehingga banyak dari mereka melakukan beberapa upaya agar terhindar dari bencana. Seperti, menggelar acara do'a bersama. yang uniknya acara do'a bersama tersebut digelar di jalan gang" rumah terdekat dengan maksud untuk membuang segala bentuk malapetaka.

Rebo wekasan ialah suatu fenomena yang terbentuk akibat faktor akulturasi budaya Jawa dengan Islam yang secara intensif. Islam yang berkembang diwilayah pulau Jawa memiliki karakter tersendiri, karena banyak ritual keagamaan yang sebenarnya ritual tersebut hasil dari  animisme, dinamisme, hinduisme, budhisme yang dijaga kelestariannya dalam bingkai dan nilai-nilai Islam.

Faktor yang melatarbelakangi tradisi Rebo wekasan ini adalah pembingkaian adat dan tradisi non Islam dengan nilai-nilai islam tersebut dapat terwujud karena adanya warisan budaya Jawa yang dipertahankan dan menyatu apabila digabungkan dengan nilai-nilai Islam.

Keterkaitan sosiologi agama dengan tradisi Rebo wekasan ini ada beberapa nilai-nilai yang terkandung diantaranya ialah nilai kebersamaan dan nilai agama dimana setiap lapisan masyarakat bersama-sama bergotong royong agar dapat mengadakan serta melaksanakan kegiatan Rebo wekasan ini dengan suka rela. Nilai religi serta hikmah yang dapat diambil dari tujuan pelaksanaan tradisi Rebo wekasan ini adalah sebagai rasa permintaan lindungan, pertolongan, keselamatan kepada Allah SWT karena banyaknya bala'/bencana pada hari Rebo wekasan (Rabu terakhir di bulan Shaffar).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun