Kolese Kanisius didirikan pada tahun 1927 sebagai salah satu sekolah jesuit yang terletak di kota Jakarta Indonesia untuk mencetuskan pendidikan yang berkualitas dari berbagai sisi nilai kehidupan, namun juga dilihat dari sisi akademik maupun kegiatan non akademik. Berawal dari misi pendidikan yang sederhana, Kolese Kanisius telah membentuk fondasi nilai-nilai yang kuat dijadikan sebagai pedoman kehidupan atau prinsip kehidupan yaitu semboyan kolese kami Ad Maiorem Dei Gloriam, Magis, Persevera, dan 4C1L yang mengartikan "Compassion yaitu kepedulian, Conscience yaitu hati nurani, Comitmment yaitu komitmen, Competence yaitu kompetensi, dan Leadership yaitu kepemimpinan" yang akan diterapkan di kalangan kanisian selama formasi pendidikan hingga sudah keluar dan lulus menjadi alumni Kolese Kanisius.Â
Dari nilai-nilai diatas timbulah kepribadian para kanisian yang saling peduli antar sesama teman dan lingkungan sekitar demi menghasilkan kelancaran hidup kedepannya dan dapat saling membantu di kemudian hari jika ada yang kesuliatan maupun dapat berkumpul bersenang-senang bersama. Maka timbul dari situlah adanya kebersamaan yang kuat, biasanya disebut "Ignatian Brotherhood" antar sesama khususnya bagi para kanisian sesama angkatan maupun lintas angkatan di zaman dahulu yang berkembang hingga sekarang yang saya alami sendiri sebagai siswa kelas 12 SMA Kolese Kanisius. Mulai zaman dahulu hingga kini menjadi ciri khas dari Kolese Kanisius.
Brotherhood adalah salah satu nilai terpenting yang diajarkan selama di hidup saya terutama di masa formasi pendidikan yang saya jalani dari kelas 10 hingga sekarang saya duduk di kelas 12. Lalu saya merasa bahwa hal ini terbentuk begitu saja seperti air mengalir di sungai tanpa sepengetahuan apapun yang tiba-tiba terbentuk secara fondasi kebersamaan yang kokoh dan solid antar sesama kanisian. Walaupun ketika sesama kita berada di ambang suka maupun duka kita pasti akan terus selalu mendukung antar sesama agar dapat kuat menjalani hidup yang berliku secara bersama memperjuangkan masa depan, bagiku pengalaman saya diatas ini nyata sama seperti sepatah duapatah kalimat pada mars CC "Hai putra kanisius selalu bersatu padu di dalam suka dan duka kita saling membantu" dan "Mari kita berjuang membangun masa depan". Kenyataan itu membuat saya semakin yakin bahwa nilai itu pasti akan terbawa di kehidupan saya beserta teman-teman saya kedepannya sebagai alumni yang sudah terjun di dunia pekerjaan nanti dan tetap solid menjadi sesama alumni yang memiliki ikatan persaudaraan tanpa akhir.
Nilai Brotherhood telah lama menjadi bagian dari Kanisius, saya yakin dari awal berdirinya Kanisius sudah terciptanya solidaritas yang tinggi antar sesama kanisian. Sejak 1987 ayah pernah sering kali bercerita mengenai keluh dan kesah ia selama menjalani pendidikan SMA di Kanisius. Cerita pengalaman yang paling berkesan menurut saya adalah dimana ayah saya sudah lulus dari Kanisius di tahun 1987 dan sudah melanjutkan studi lanjutnya di Universitas Parahyangan, singkat cerita ayah sudah lulus dengan gelar sarjana S1nya dan ingin melanjutkan pendidikan S2 di negara Amerika, selama menjalani masa orientasi disana, ayah seketika bertemu teman dari Indonesia, disaat awal berkenalan ayah diajukan satu pertanyaan "lu dulu SMA mana bro" ayah pun menjawab "dulu gua di kanisius" seketika raut muka ayah dan temannya itu berubah 360 derajat kaget akan kenyataan itu, sebagai alumni yang memiliki lintas umur sekitar 7 tahun menciptakan hubungan pertemanan yang erat dengan ayah hingga sekarang, bahkan setelah lulus bersama dan balik ke Indonesia ayah masih menjalin hubungan persudaraan yang tidak pernah putus dan saya pun yang sekarang menjadi bagian dari kanisian ikut dapat bergaul dan asik berinteraksi dengan teman ayahku ini dengan menonton piala dunia bersama musim kemarin hingga larut malam.
Dari situlah saya juga dapat meyakinkan bahwa dengan adanya perkembangan zaman juga tidak menentukan hambatan perkembangan nilai-nilai prinsip kehidupan kita sebagai kanisian. Terlebih kedepannya terkhusus bagi para calon kanisian baru nanti mengenai ikatan persaudaraan kanisian dan alumni yang tak akan pernah putus. Kedepannya saya dapat yakin dengan berbagai pengalaman saya selama 3 tahun menghabisi formasi pendidikan SMA di Kanisius, ditambah pengalaman ayah yang begitu menarik serta bermakna bagi saya soal ikatan persaudaraan yang erat antar sesama alumni yang memiliki perbedaan umur yang cukup jauh, akan tetapi tidak menghambatkannya pertemanan itu dapat berjalan dengan baik. Generasi di masa yang akan datang nanti pasti akan tetap mengalami kebersamaan atau brotherhood yang kuat antar sesama, guna demi keberlanjutan tradisi solidaritas Kanisius yang tiada habisnya.
Dari pengalaman pribadi saya dan cerita ayah saya, terlihat jelas bahwa nilai-nilai brotherhood yang ditanamkan di Kolese Kanisius bukanlah sekadar konsep teoritis, melainkan prinsip yang benar-benar memengaruhi kehidupan dan hubungan antar sesama Kanisian. Solidaritas yang berkembang di sekolah ini terbukti mampu menjembatani berbagai generasi, menjaga keutuhan hubungan antar alumni meskipun terdapat perbedaan waktu, zaman, dan pengalaman. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Kolese Kanisius tidak hanya mencetak individu yang kompeten secara akademis, tetapi juga membentuk komunitas yang kuat dan saling mendukung. Di masa depan, nilai-nilai kehidupan ini akan terus menjadi fondasi bagi setiap kanisian juga menjadi "To be a man with and for others", memastikan bahwa solidaritas dan persaudaraan yang terjalin selama masa pendidikan akan tetap hidup dan memberikan dampak positif dalam kehidupan pribadi mereka masing-masing. Tradisi brotherhood Kolese Kanisius akan terus berlanjut dan beradaptasi, namun tetap setia pada prinsip-prinsip yang telah membentuk karakter anggotanya dari generasi menuju generasi. AMDG!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H