Mohon tunggu...
Nanda Ivena
Nanda Ivena Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiwi Ilmu Komunikasi UPN Veteran Jakarta

Mahasiswi Jurnalistik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cerita Tukang Sampah dan Upaya Mencari Nafkah

27 Maret 2022   16:38 Diperbarui: 27 Maret 2022   16:50 1635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampah sendiri merupakan hal yang tidak pernah lepas dari manusia. Jika manusia masih bernafas pasti akan menghasilkan sampah. Tukang sampah-lah yang memiliki pekerjaan berdampingan dengan sampah hasil pembuangan kita. Namun, apakah ada yang tahu bagaimana perasaan dan sulitnya menggeluti pekerjaan ini? Salah satu orang yang menggeluti pekerjaan sebagai tukang sampah adalah Pak Rahmat.

Ia yang seringkali terlihat pada saat bekerja di daerah Gebang Sari, bisa diperkirakan beliau sudah bekerja sebagai tukang sampah selama hampir 10 tahun dan tentunya beliau sudah banyak mengalami berbagai macam pengalaman. Bersama teman-temannya yang lain, Pak Rahmat  menggunakan sebuah transportasi khusus yang besar untuk mengangkut sampah-sampah yang mereka kumpulkan.

Bekerja dengan banyak orang berkeliling ke rumah-rumah yang ada di sekitaran Jakarta Timur membuat Pak Rahmat sangat senang karena dapat berkeliling daerah Jakarta dengan teman-temannya. Pak Rahmat sendiri pun tinggal di sekitar tempat ia mengumpulkan sampah. 

Walaupun Pak Rahmat sangat senang dapat bekerja dengan banyak orang, Pak Rahmat juga merasa pekerjaannya sangat berat dengan upah yang relatif kecil untuk hidup di Jakarta, karena Pak Rahmat juga memikirkan masa depan anak yang masih balita. 

Upahnya saja tidak cukup untuk membeli daging sebagai lauk pauk makan keluarganya. Adapun pekerjaannya yang sangat amat rawan dengan penyakit yang bisa saja dibawanya kerumah, tidak mendapat jaminan dari pemerintah.

Walaupun begitu, tidak pernah terlihat sedikitpun raut sedih pada wajah Pak Rahmat. Tidak sekalipun juga Pak Rahmat menampakkan wajah murung jika bekerja. 

Hari-harinya selalu dijalani bersama teman-temannya dengan penuh semangat. Pak Rahmat selalu menjalankan perkerjaan itu dengan sungguh-sungguh, meskipun banyak orang mengatakan pekerjaan itu sangat bau ataupun kotor. Bagi Pak Rahmat dan teman-temannya, apapun pekerjaannya, harus selalu dijalankan dengan sebaik mungkin demi keluarga yang harus makan dirumah.

Tidak selamanya Pak Rahmat dan teman-temannya berada di bawah, kelak suatu saat nanti orang-orang yang menjalankan profesi sebagai tukang sampah pasti merasakan bahagia di masa tuanya dengan keberhasilan anak-anaknya.

“Saya tidak mau anak saya jadi seperti saya. Tidak sekolah, dan tidak bisa kerja apa-apa. Jadi saya ingin berusaha supaya anak saya bisa sekolah setinggi-tingginya selama saya masih diberi kesempatan sama Tuhan untuk terus bekerja, walaupun hanya tukang sampah.” harap Pak Rahmat. 

“Yang penting kita selalu mensyukuri apa yang sudah Tuhan beri pada saat kita terus berusaha. Dengan bersyukur dan berusaha percayalah Tuhan akan membantu dalam segala keterbatasan kita.” tambah Pak Rahmat dengan nada yang sudah bergetar menahan haru. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun