Sewaktu saya masih di awal perjalanan karier, saya sering melakukan hal yang mungkin kita semua pernah dengar atau bahkan lakukan, yaitu multitasking atau melakukan banyak pekerjaan dalam satu waktu.
Sebenarnya multitasking dalam konteks menyelesaikan pekerjaan bukan merupakan hal yang salah. Namun, dalam konteks efisiensi dan pengembangan kapasitas otak maka kebiasaan multitasking ini akan menyandera otak kita.
Apa yang disebut multitasking suka atau tidak suka akan membagi perhatian kita. Itu membuat lebih sulit bagi kita untuk memberikan perhatian penuh kita pada satu hal.
Lantas, apa alasannya? Secara sains, otak kita dirancang untuk fokus pada satu hal pada satu waktu dan jika kita melakukan banyak hal dengan banyak fokus, kemudian dibarengi dengan masuknya sekian banyak informasi maka tanpa kita sadari kita hanya akan memperlambat kerja otak kita.
Coba ingat, pernah tidak kamu melakukan sekian banyak pekerjaan dalam satu waktu dan kemudian kamu merasa mendadak “blank?”
Namun, saya juga menyadari bahwa multitasking adalah kenyataan dalam gaya hidup perkotaan.
Kita melakukan banyak tugas bersama-sama karena kebanyakan dari kita khawatir atau over thinking bahwa itu akan membuat kita tetap fokus dan pekerjaan tetap mengalir.
Sayangnya, multitasking sama sekali tidak membantu memaksimalkan produktivitas, bahkan sebenarnya dapat menyebabkan lebih banyak kerugian daripada kebaikan.
Salah satu penelitian dari MIT juga menegaskan pandangan ini bahwa otak kita tidak dirancang untuk melakukan banyak tugas dengan baik.
Konsekuensi logis dari hal ini adalah saat melakukan beberapa hal sekaligus, pikiran kita akan terbagi di antara tugas-tugas yang banyak tersebut sehingga kemungkinan kita membuat kesalahan justru semakin besar.