"Aku sepertinya harus pergi ke daerah selama satu minggu, Banyak proyek yang harus aku tinjau."
"Aku perlu ikut menemani?"
"Aku bisa ambil cuti dan kita bisa bulan madu kedua seperti rencana setahun lalu," Suara Maya terdengar bersemangat.
"Sepertinya kita bisa atur nanti saja, aku akan sibuk sekali di sana tidak akan ada waktu."
"Baiklah, tapi jangan lupa bawa oleh-oleh yang banyak ya," Suara Maya merajuk.
Adi tersenyum. Matanya memandang Maya dalam-dalam. Tangannya mengelus elus rambut Maya. Malam itu langit begitu merah.
Malam itu Maya tidak bisa tidur. Dia beranjak dari kasurnya sambil memandang Adi yang tertidur pulas. Maya beringsut menuju ke dapur.
Di dapur Maya menyalakan ketel, dia ingin sekali minum teh hangat malam ini. Kepalanya berdenyut-denyut. Sambil mengaduk-aduk teh-nya, Maya membuka sebuah amplop coklat yang dia terima tadi siang.
Mata Maya terlihat sedih. Isi amplop coklat itu seperti firasatnya selama ini. Selama ini dia ingin percaya kalau isi amplop coklat itu hanyalah bayangan buruknya saja.
Tangisan hening Maya pun pecah. Dia tidak tahu harus melakukan apa. Kepalanya sakit sekali.Â
Dia beranjak ke ruangan kerjanya. Dia kemudian menaruh amplop coklat itu di laci meja kerjanya. Matanya melihat di sudut laci meja ada satu kotak kecil berwarna putih polos. Dia tahu dia memerlukan isi kotak itu malam ini.