Hanya butuh sekitar 30 menit bagi pria itu untuk mencapai apartemennya di lantai 25. Ketika daun pintu terkuak, perempuan mungil itu tak sabar untuk tidak melompat ke pelukannya. Dadanya sesak.
"Aku harus berkunjung ke daerah minggu depan." Itu kalimat pertama yang muncul dari pria itu.
Perempuan itu tersenyum manja. Mata laki-laki itu berbinar-binar melihat perempuan mungil itu.
"Aku ikut ya?"
"Aku harus atur dulu," Kamu tahu kan situasinya tidak semudah itu.
"Kita bisa bulan madu kedua," Ucap perempuan mungil itu.
"Kamu memang pintar." Pria itu tertawa renyah.
Hati perempuan mungil tersebut membuncah. Perempuan mungil itu tahu waktunya bersama pria itu malam ini tidak lama.
Dia suka aroma parfum pria itu. Dia suka wangi aftershave pria itu. Dia suka segalanya yang ada di pria itu. Degup jantung perempuan mungil itu berdetak kencang sekali. Waktu seperti berhenti. Malam itu langit merah sekali.
"Masakan kamu tetap enak," Ucap Adi ke Maya sambil menuangkan anggur ke gelas Maya dan gelasnya sendiri.
"Ah, kamu dari dulu memang selalu bisa memuji aku," Maya tersenyum bahagia. Matanya bersinar seperti anak kecil yang mendapatkan permen.