Pras menghela nafasnya yang makin terasa pendek. Tangannya memegang sebatang rokok yang dari tadi cuma dia genggam. Matanya tertuju pada layar handphonenya. Dia sedang membaca satu pesan di grup Whatsapp mengenai virus baru yang datang dari negeri di timur jauh itu.
Pesan tersebut berisi tentang argumentasi dan bukti-bukti dari si pengirimnya bahwa virus jenis baru itu tidak ada. Virus jenis baru hanyalah berita yang dibesar-besarkan. Otak Pras pun mengaminkan pesan tersebut. Sudah dari awal dia tidak percaya tentang virus jenis baru ini.
Makanya dia tidak pernah mengikuti saran dari pemerintah untuk memakai masker dan menjaga jarak. Bagi dia virus jenis baru itu hanyalah dongeng pengantar sebatang rokok.
Di luar sedang hujan deras sekali. Seperti biasa, Pras selalu menyempatkan diri untuk sebatang rokok, di bawah kanopi depan kantornya ketika dia merasa suntuk dengan pekerjaannya sebagai manajer Sumber Daya Manusia. Dia merasa otaknya beku.Â
Dia menyalakan rokoknya dan melanjutkan membaca pesan tersebut. Dia semakin yakin bahwa virus jenis baru itu memang tidak ada. Dongeng yang menyenangkan pikirnya.
"Pak Pras" terdengar suara memanggilnya. Suara yang dia kenal baik.Â
"Ya, Bud," sahut Pras.
"Pak, kita jadi rapat soal penanganan virus baru di kantor kita?" Budi bertanya sambil matanya was-was karena atasannya itu tidak pakai masker. Padahal Pemerintah sudah menganjurkan untuk memakai masker.
"Semuanya sudah kamu siapkan, belum?"
"Sudah, Pak. Semua sudah saya letakkan di meja Pak Pras."Â
"Oke Bud, nanti aku lihat ya. Sebatang dulu nih, tanggung."