Mohon tunggu...
Andesna Nanda
Andesna Nanda Mohon Tunggu... Konsultan - You Are What You Read

Kolumnis di Kompas.com. Menyelesaikan S3 di Universitas Brawijaya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pesan yang Tertunda

26 Juni 2021   19:10 Diperbarui: 26 Juni 2021   19:20 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pesan | Foto oleh Sora Shimazaki dari Pexels

Pras menghela nafasnya yang makin terasa pendek. Tangannya memegang sebatang rokok yang dari tadi cuma dia genggam. Matanya tertuju pada layar handphonenya. Dia sedang membaca satu pesan di grup Whatsapp mengenai virus baru yang datang dari negeri di timur jauh itu.

Pesan tersebut berisi tentang argumentasi dan bukti-bukti dari si pengirimnya bahwa virus jenis baru itu tidak ada. Virus jenis baru hanyalah berita yang dibesar-besarkan. Otak Pras pun mengaminkan pesan tersebut. Sudah dari awal dia tidak percaya tentang virus jenis baru ini.

Makanya dia tidak pernah mengikuti saran dari pemerintah untuk memakai masker dan menjaga jarak. Bagi dia virus jenis baru itu hanyalah dongeng pengantar sebatang rokok.

Di luar sedang hujan deras sekali. Seperti biasa, Pras selalu menyempatkan diri untuk sebatang rokok, di bawah kanopi depan kantornya ketika dia merasa suntuk dengan pekerjaannya sebagai manajer Sumber Daya Manusia. Dia merasa otaknya beku. 

Dia menyalakan rokoknya dan melanjutkan membaca pesan tersebut. Dia semakin yakin bahwa virus jenis baru itu memang tidak ada. Dongeng yang menyenangkan pikirnya.

"Pak Pras" terdengar suara memanggilnya. Suara yang dia kenal baik. 

"Ya, Bud," sahut Pras.

"Pak, kita jadi rapat soal penanganan virus baru di kantor kita?" Budi bertanya sambil matanya was-was karena atasannya itu tidak pakai masker. Padahal Pemerintah sudah menganjurkan untuk memakai masker.

"Semuanya sudah kamu siapkan, belum?"

"Sudah, Pak. Semua sudah saya letakkan di meja Pak Pras." 

"Oke Bud, nanti aku lihat ya. Sebatang dulu nih, tanggung."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun