Setiap tahun, ada seorang sahabat saya yang selalu mempunyai resolusi untuk berhenti merokok. Kenapa saya bisa tahu?Â
Dia selalu (dan konsisten) mengumumkan resolusinya tersebut di media sosial tepat tanggal 31 Desember.Â
Kemudian setelah satu atau paling lama dua bulan, kebiasaan buruk merokok itu kembali ia lakukan. Padahal selama satu sampai dua bulan setelah pengumuman terbuka untuk berhenti merokok tersebut, ada kemajuan yang cukup baik menurut saya.
Lantas kenapa ia kembali lagi ke kebiasaan buruk tersebut? Tentunya ada alasan di balik itu. Ketika kita bicara kembalinya seseorang melakukan kebiasaan buruk pasti ada alasannya. Sejumlah alasan yang tentunya tidak perlu kita bahas di tulisan ini. Setiap orang pasti punya permasalahannya masing-masing.
Setelah saya perhatikan, ternyata, sahabat saya tersebut kembali di kelilingi lingkungan teman-teman baiknya yang masih setia merokok.Â
Teman-teman lama yang tanpa disadari oleh sahabat saya tersebut telah membawanya ke kebiasaan lama yang sebenarnya sudah mulai ia tinggalkan.
Nah, kisah singkat sahabat saya ini yang kemudian akan kita bahas, yaitu habit loop. Saya tidak akan membahas mengenai baik atau buruknya kebiasaan merokok, karena setiap orang mempunyai preferensi gaya hidup masing-masing.
Yang akan saya bahas adalah dari sudut pandang konsep "habit loop" itu sendiri. Sebuah konsep dari behavioral science yang mungkin banyak dari kita yang tidak menyadarinya namun kita melakukannya dan tidak bisa lepas dari looping tersebut.
Saya ingin memulai definisi habit loop ini dari satu premis utama, yaitu perubahan itu sulit.
Sulit untuk berhenti melakukan hal yang sama seperti yang selalu kita lakukan, hanya karena kita selalu melakukannya. Singkatnya, sudah jadi kebiasaan.