Mohon tunggu...
Nanda Briliana Cahyaningtyas
Nanda Briliana Cahyaningtyas Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Untirta

Belajar untuk survive!

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tingginya Etos Kerja Penganut Asian Value, Inspirasi atau Tekanan Berlebih?

10 Juni 2024   15:15 Diperbarui: 10 Juni 2024   16:22 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi dari freepik

Penulis: Nanda Briliana Cahyaningtyas

Konsep Asian Value saat ini tengah ramai menjadi perbincangan khalayak di media sosial. Perbincangan ini dimulai dari salah satu episode podcast Total Politik dengan bintang tamu Pandji Pragiwaksono. Namun, sebelum itu, konsep Asian Value sendiri telah ada sejak tahun 1970-1990 yang digagas oleh para pemimpin Asia seperti mantan perdana menteri Singapura Lee Kuan Yew dan mantan perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad yang mengungkapkan bahwa Asian value sebagai identitas politik dan budaya yang membedakan antara timur dan barat.

Dilasir dari Britannica, Asian Value mencerminkan perilaku disiplin, hemat, kerja keras, pendidikan, keseimbangan antara kebutuhan masyarakat dan individu, serta penghormatan terhadap otoritas. Bertentangan dengan budaya barat yang liberalis dan individualis, konsep Asian Value menekankan pembangunan ekonomi untuk diprioritaskan pada masyarakat yang sedang keluar dari kemiskinan, dengan hak-hak sipil dan politik ditempatkan di bawah hak-hak ekonomi dan sosial. Negara dipandang sebagai perwujudan identitas kolektif dan pengatur kepentingan warga negaranya, sehingga kebutuhan kolektif harus didahulukan dibandingkan hak-hak individu. Ide-ide tersebut dituangkan dalam Deklarasi Bangkok tentang hak asasi manusia pada tahun 1993.

Etos kerja yang tinggi dalam Asian Value sering dilihat sebagai faktor yang berkontribusi terhadap kesuksesan ekonomi di kawasan Asia. Keyakinan bahwa kerja keras dan dedikasi dapat membawa kemajuan ekonomi telah menjadi bagian penting dari pandangan sosial dan politik di banyak negara di Asia. Oleh karena itu, etos kerja yang tinggi sering menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari nilai-nilai yang disebutkan dalam konteks Asian Value.

Etos kerja dalam Asian Value dapat dilihat seperti pedang bermata dua. Di satu sisi, ia menawarkan inspirasi dan motivasi untuk mencapai kesuksesan, meningkatkan efisiensi dan mendorong pendidikan. Namun, di balik sisi tersebut, penganut Asian Value realitasnya menunjukkan bahwa tekanan berlebih yang dihasilkan dapat membawa dampak negatif yang signifikan terhadap individu dan masyarakat. Budaya kerja yang menekankan kerja keras seringkali mengakibatkan jam kerja yang panjang, stres, dan ketidakseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional.

Tekanan ini juga dapat berdampak pada kesehatan mental dan fisik, serta mengurangi kualitas hidup individu. Dalam beberapa kasus, tekanan kerja yang berlebihan bahkan dapat menyebabkan masalah serius seperti depresi, kelelahan kronis, dan bahkan bunuh diri.

Fenomena Karoshi (overwork death) merupakan salah satu peristiwa akibat tekanan etos kerja berlebihan yang menjadi isu serius di negeri matahari terbit. Beberapa laporan menyebutkan kasus-kasus dimana karyawan meninggal akibat serangan jantung atau stroke yang diakibatkan oleh beban kerja ekstrem.

Selain di Jepang, sudah menjadi rahasia umum bahwa Korea Selatan memiliki tingkat kasus bunuh diri yang tinggi. Tingkat bunuh diri di Korea Selatan termasuk yang tertinggi di antara negara-negara maju. Menurut badan statistik Korea (Statistics Korea), pada tahun 2022, tercatat hampir 13.000 orang yang melakukan bunuh diri di negara tersebut. Tingginya angka bunuh diri di Korea Selatan seringkali dikaitkan dengan tekanan akademis dan profesional yang sangat besar, seperti yang sering digambarkan dalam beberapa drama Korea tentang kehidupan sehari-hari masyarakatnya. Banyak pekerja yang menghadapi jam kerja panjang dan ekspektasi tinggi dari orang sekitar, yang pada akhirnya berdampak negatif pada kesehatan mental mereka.

Penting untuk diakui bahwa etos kerja yang kuat dapat membawa manfaat ekonomi, namun perlunya keseimbangan antara produktivitas dan kesejahteraan karyawan tidak boleh diabaikan. Reformasi dalam kebijakan jam kerja, dukungan untuk kesehatan mental, dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih manusiawi dan berkelanjutan menjadi bagian penting dalam mengatasi tekanan berlebih yang terkait dengan etos kerja dalam konteks Asian Value.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun