Pada hari Rabu, 3 Juli 2024 lalu Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Rumpun Klinis Prodi Psikologi Unesa telah melakukan Psikoedukasi Anti Bullying dan Kekerasan Seksual. Psikoedukasi diberikan kepada siswa-siswi dari Sanggar Bimbingan At-Tanzil Serdang - Malaysia. Tim PKM Psikologi Rumpun Klinis diwakilkan oleh Nanda Audia Vrisaba, M.Psi., Psikolog, Dr. Diana Rahmasari, M.Si., Psikolog dan Qurrota 'Ayuni Fitriana, M.Psi., Psikolog.Â
Sanggar Bimbingan At-Tanzil merupakan salah satu sanggar yang berlokasi di negara Malaysia sebagai tempat anak-anak Pekerja Migran Indonesia (PMI) mengenyam pendidikan di kesehariannya. Pak Kholis Frendika selaku pengurus dari SB At-Tanzil Serdang menyambut dengan hangat dan gembira ketika Tim PKM Prodi Psikologi Unesa datang untuk turut serta dalam pemberian psikoedukasi.
Pemberian psikoedukasi diawali dengan sambutan yang disampaikan oleh salah satu Tim PKM, dilanjutkan dengan perkenalan dari siswa-siswi dan Tim PKM, selanjutnya diberikan materi sebagai bagan psikoedukasi.Â
Psikoedukasi yang diberikan bertujuan untuk memberikan pendidikan seksual sejak dini dan pemahaman terkait pertemanan yang baik dengan sesama teman di sekolah atau di sekitaran tempat tinggalnya. Materi pertama disampaikan tentang pengenalan bagian tubuh yang boleh dan tidak boleh disentuh oleh orang lain dan juga penjelasan bahwa antara sesama harus saling memahami, menyayangi, serta tidak ada musuh atau lawan.Â
Di akhir, Tim PKM mengajak siswa-siswi SB At-Tanzil Serdang untuk mendengarkan dan bernyanyi bersama video edukasi yang ditayangkan kpeada mereka. Pemberian psikoedukasi melalui media audio visual dipilih dengan harapan bahwa siswa-siswi SB At-Tanzil yang sebagian besar adalah usia pra-sekolah dapat jauh lebih memahami dan bisa mengikuti materu yang disampaikan.
Dengan pemutaran video edukasi yang diberikan kepada siswa-siswi SB At-Tanzil Serdang, mereka dapat dengan mudah dan cepat untuk menghafal dan memahami isi maupun makna yang tersampaikan di dalam video. Mereka mampu mengikuti nyanyi bersama, hingga menyanyi sambil berpelukan atau berdampingan dengan sesama temannya.Â
Selain itu, mereka mampu untuk menyebutkan kembali bagian-bagian tubuh yang tidak boleh disentuh oleh orang lain. Mereka juga mampu menjelaskan apa yang perlu mereka lakukan ketika dihadapkan pada kejadian dimana ada orang lain yang menyentuh bagian-bagian tubuh yang dilarang disentuh, yaitu dengan berteriak maupun segera melapor pada guru ataupun orang tua di rumah.Â